Harga CPO Tembus Level Tertinggi dalam Lebih dari 2 Tahun

3 weeks ago 5

Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) di Bursa Malaysia Derivatives menguat pada Kamis (24/10/2024).

 Freepik)

Harga CPO Tembus Level Tertinggi dalam Lebih dari 2 Tahun. (Foto: Freepik)

IDXChannel – Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) di Bursa Malaysia Derivatives menguat pada Kamis (24/10/2024), seiring dengan kenaikan harga minyak nabati pesaing di pasar Dalian dan Chicago Board of Trade (CBoT).

Menurut data pasar, hingga pukul 15.02 WIB, kontrak berjangka (futures) CPO naik 1,65 persen ke MYR4.560 per ton.

Dengan ini, harga CPO mencapai level tertinggi dalam lebih dari dua tahun, didorong oleh prediksi penurunan produksi serta kebijakan dari dua produsen terbesar dunia.

Hal tersebut usai harga minyak sawit terapresiasi selama 4 hari beruntun.

Dalam sepekan, harga CPO tumbuh 5,65 persen, sedangkan dalam sebulan meningkat 14,53 persen. Sedangkan, sejak awal 2024 (YtD), minyak sawit melesat 23,93 persen.

Trader minyak sawit David Ng mencatat, sentimen pasar juga diperkuat oleh kenaikan harga minyak kedelai di CBoT.

"Kami melihat level support di MYR4.400 dan resistance di MYR4.580," ujar Ng kepada Bernama.

Mengutip Trading Economics, Kamis (24/10), pekan lalu, pemerintah Malaysia mengumumkan akan menaikkan tarif bea ekspor maksimum menjadi 10 persen untuk minyak sawit mentah yang harganya di atas MYR4.050 per ton, mulai 1 November mendatang.

Sementara itu, Indonesia menegaskan kembali rencananya untuk menerapkan campuran biodiesel 40 persen yang berbasis minyak sawit mulai Januari, dan sedang mempersiapkan implementasi B50 di masa depan.

Analis senior di Fastmarket Palm Oil Analytics, Sathia Varqa, menjelaskan, kenaikan harga ini dipicu oleh kombinasi pertumbuhan ekspor yang kuat dan produksi yang lemah.

Berdasarkan survei produksi UOB KayHian untuk periode 1-20 Oktober, produksi di Sabah naik antara tujuh hingga 11 persen, sementara di Sarawak dan Semenanjung Malaysia turun masing-masing antara tiga hingga tujuh persen dan enam hingga 10 persen.

Secara keseluruhan, produksi pada periode tersebut diperkirakan turun antara satu hingga lima persen, memperketat pasokan pasar.

"Momentum bullish, ditambah dengan pertumbuhan ekspor yang kuat, produksi yang lemah, serta kenaikan harga minyak nabati terkait, telah memicu aksi beli besar-besaran pada futures CPO," ujar Varqa.

Di pasar energi, harga minyak mentah naik setelah sebelumnya mengalami kerugian akibat ketidakpastian terkait konflik di Timur Tengah.

Namun, penguatan ringgit Malaysia membatasi kenaikan lebih lanjut.

Di sisi lain, beberapa trader bersikap hati-hati menjelang estimasi ekspor minyak sawit untuk periode 1-25 Oktober yang diperkirakan akan dirilis oleh surveyor kargo akhir pekan ini. (Aldo Fernando)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |