Investor asing memborong saham dua bank BUMN di tengah kabar pembagian dividen jumbo, mendorong kenaikan harga saham menjelang libur Lebaran.
Dua Bank Kakap Ini Diborong Asing, Saham Melejit Jelang Libur Lebaran. (Foto: Freepik)
IDXChannel – Investor asing memborong saham dua bank BUMN di tengah kabar pembagian dividen jumbo, mendorong kenaikan harga saham menjelang libur Lebaran.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) mencatatkan nilai beli bersih asing (net foreign buy) tertinggi di pasar reguler selama sepekan terakhir, mencapai Rp940,77 miliar.
Seiring dengan itu, harga saham BBRI naik 9,46 persen dalam periode yang sama, meredakan tekanan jual yang terjadi sebelumnya.
Dalam RUPST pada Senin (24/3/2025), BBRI menyetujui pembagian dividen dengan total Rp51,74 triliun kepada para pemegang saham. Jumlah ini setara dengan 85 persen dari laba bersih tahun buku 2024. Tahun lalu, BRI membukukan laba bersih konsolidasi sebesar Rp60,64 triliun.
Sebelumnya, BRI telah membagikan dividen interim senilai Rp20,46 triliun atau Rp135 per saham pada 15 Januari 2025. Dengan demikian, dividen final yang akan dibagikan mencapai Rp208,40 per saham atau setara dengan imbal hasil (yield) 5,77 persen.
Keputusan ini membuat total dividen per saham BRI tahun ini menjadi Rp345.
Setali tiga uang, saham bank pelat merah lainnya, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), juga menjadi incaran asing dengan nilai beli bersih terbesar kedua selama sepekan, mencapai Rp482,44 miliar di pasar reguler. Seiring dengan itu, saham BMRI melambung 17,91 persen.
Diwartakan sebelumnya, Bank Mandiri akan membagikan dividen tunai senilai Rp43,51 triliun atau Rp466,18 per saham, setara 78 persen dari laba bersih 2024 yang mencapai Rp55,78 triliun.
Imbal hasil dividen (dividend yield) BMRI kali ini terbilang menggiurkan, yakni mencapai 9 persen.
"Bank Mandiri sepakat membagikan dividen tunai tahun buku 2024 sebesar Rp43,51 triliun atau Rp466,18 per saham," ujar Darmawan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), Selasa (25/3/2025).
Untuk tahun buku 2023, Bank Mandiri (BMRI) menetapkan dividen sebesar 60 persen dari laba bersih, atau senilai Rp33,03 triliun.
Sepanjang 2024, laba bersih Bank Mandiri tumbuh 1,31 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp55,78 triliun dari Rp55,06 triliun pada 2023.
Bank pelat merah ini berkomitmen untuk membagikan keuntungan kepada investor dalam bentuk dividen. Dalam lima tahun terakhir, BMRI menjaga rasio dividen (DPR) di level 60 persen.
RUPST BMRI juga menyetujui rencana pembelian kembali (buyback) saham senilai Rp1,17 triliun.
Sebelumnya, menurut pengamat pasar modal Michael Yeoh, BBRI, BMRI, dan BBNI tahun ini memberikan dividend payout ratio (DPR) lebih besar dibanding sebelumnya, sehingga valuasi perbankan menjadi lebih menarik dengan dividen yield yang melampaui return deposito maupun obligasi fixed rate (FR).
“Level dividend yield yang ada saat ini melebihi return deposito maupun [obligasi] FR,” katanya, Rabu (26/3/2025).
Kabar pembagian dividen jumbo dan rencana pembelian kembali saham (buyback) mendorong kenaikan saham-saham bank raksasa dalam beberapa hari terakhir.
Dampaknya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turut menguat setelah sebelumnya tertekan oleh aksi jual yang dipicu kekhawatiran terhadap prospek pertumbuhan dan stabilitas fiskal dalam negeri.
Namun, sejumlah pelaku pasar memperingatkan bahwa pemulihan ini mungkin tidak berlangsung lama.
"Rebound ini lebih terlihat sebagai pantulan valuasi pada saham-saham yang oversold daripada perubahan fundamental; lebih sebagai reli taktis daripada reli struktural (setidaknya untuk saat ini)," ujar fund manager di SGMC Capital yang berbasis di Singapura, Mohit Mirpuri, dikutip dari Reuters, Rabu (26/3).
"Sebagian aksi beli juga kemungkinan merupakan langkah antisipasi menjelang libur pasar yang panjang, dengan investor mengharapkan sentimen yang lebih baik di kuartal kedua seiring meredanya gejolak politik dan dukungan taktis dari aksi korporasi seperti buyback." (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.