Harga minyak mentah menguat pekan ini, terdorong oleh meredanya ketegangan dagang setelah Amerika Serikat (AS) dan China sepakat memangkas tarif.
Harga Minyak Mentah Menguat Dua Pekan Berturut-turut. (Foto: Freepik)
IDXChannel - Harga minyak mentah menguat pekan ini, terdorong oleh meredanya ketegangan dagang setelah Amerika Serikat (AS) dan China sepakat memangkas tarif atas barang masing-masing selama 90 hari guna membuka ruang bagi negosiasi lebih lanjut.
Namun, prospek permintaan yang lebih kuat menjelang musim panas tetap dibayangi oleh rencana produksi OPEC+ dan pembicaraan AS terkait program nuklir Iran.
Optimisme Presiden AS Donald Trump terhadap peluang tercapainya kesepakatan dengan Teheran memunculkan kemungkinan pencabutan sanksi atas ekspor minyak Iran.
Harga WTI ditutup naik 1,4 persen ke USD62,49 per barel pada Jumat (16/5/2025) dan mencatat kenaikan mingguan sebesar 2,4 persen.
Sementara itu, Brent menguat 1,4 persen ke USD65,41 per barel, naik 2,3 persen sepanjang pekan.
Ini menandai kenaikan mingguan kedua berturut-turut bagi kedua kontrak minyak tersebut.
"Pasar bereaksi terhadap pernyataan presiden dengan anggapan bahwa hal itu bisa membuka jalan bagi lebih banyak minyak Iran mengalir ke pasar," ujar co-chair perusahaan perdagangan internasional di Blank Rome, Anthony Rapa, dikutip Dow Jones Newswires, Jumat (16/5).
Ia menambahkan, dari sudut pandang Trump, langkah ini berdampak positif terhadap harga karena sejalan dengan keinginannya agar harga minyak lebih rendah.
Gencatan tarif selama 90 hari antara dua negara konsumen minyak terbesar dunia itu turut meredakan kekhawatiran atas lemahnya permintaan global.
Namun, ketidakpastian masih menyelimuti prospek kesepakatan nuklir AS-Iran, yang berpotensi menambah pasokan 400.000 barel per hari ke pasar.
"Ali Shamkhani, penasihat militer dan nuklir utama serta kepercayaan Ayatollah, dilaporkan di berbagai media menyatakan bahwa Iran bersedia melepaskan uranium yang diperkaya tinggi, hanya menyisakan yang dibutuhkan untuk kepentingan sipil," demikian kata PVM Oil Associates, dilansir MT Newswires.
"Iran juga bersedia mengizinkan pengawasan inspektur, dan berkomitmen untuk tidak memproduksi senjata nuklir dengan imbalan pencabutan sanksi secara penuh dan segera," ujar lembaga tersebut.
Kembalinya ekspor minyak Iran akan menjadi faktor penekan harga tambahan. Sejak awal tahun, harga minyak telah turun 14 persen akibat melemahnya ekonomi global dan meningkatnya pasokan dari OPEC+, yang berencana menambah pasokan sebanyak 411.000 barel per hari pada Juni, sementara produksi dari luar kelompok ini juga terus meningkat.
Badan Energi Internasional (IEA) pada Kamis menyatakan, mereka memperkirakan persediaan global naik rata-rata 720 ribu barel per hari tahun ini dan 930 ribu barel per hari tahun depan, setelah sempat turun pada 2024. Lembaga ini juga menurunkan proyeksi pertumbuhan permintaan untuk tiga kuartal terakhir 2025 menjadi 0,65 juta barel per hari dari 0,99 juta barel per hari pada kuartal pertama.
Meski ada potensi peningkatan pasokan, harapan terhadap pemangkasan suku bunga di AS mendukung prospek harga yang lebih kuat karena dapat mendorong aktivitas ekonomi dan permintaan minyak.
Namun, kehati-hatian tetap ada karena persediaan minyak mentah AS naik dan IEA memperkirakan kelebihan pasokan pada 2025 akibat output OPEC+ yang lebih tinggi. Para analis juga menurunkan proyeksi harga minyak jangka panjang dengan alasan ketidakpastian kebijakan perdagangan. (Aldo Fernando)