Dihantam Musibah Bertubi-tubi, Penjual Rokok Ini Bangun Kerajaan Nasi Padang

11 hours ago 4

Jakarta -

Nasi padang termasuk kuliner yang paling terkenal di Indonesia. Saking populernya, rumah makan Padang tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia, termasuk di Papua. Salah satu rumah makan yang paling terkenal adalah RM Padang Sederhana. Restoran ini bisa dijumpai dengan mudah di setiap sudut kota. Sebelum sukses, pemiliknya pernah menghadapi cobaan yang bertubi-tubi.

Dalam catatan detikcom yang melansir Lifepal, pendiri sekaligus pemilik RM Padang Sederhana adalah H. Bustaman, pria kelahiran 1955 asal Sumatera Barat. Diketahui dirinya ternyata cuma lulusan SD, tapi harus merantau ke kota lain karena faktor budaya.

Saat pertama kali merantau, tujuan pertamanya adalah Jambi. Awalnya di sana ia kerja serabutan, mulai dari kerja di kebun karet, jualan koran, tukang cuci piring di rumah makan, dan jadi pedagang asongan. Barulah pada 1970 atau setelah dua tahun menikah, Bustaman memberanikan diri untuk merantau ke Jakarta. Bustaman menikah dengan Fatimah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di Jakarta, Bustaman ikut adik iparnya dan tinggal di daerah Matraman, Jakarta Pusat. Pada awal-awal hijrah ke Jakarta, Bustaman jualan rokok pakai gerobak di pinggir jalan. Saat itu masalah menghampirinya. Di lingkungan barunya itu ada keributan antara orang Minang dan preman setempat. Akibatnya, Bustaman dan keluarga harus pindah ke daerah Pejompongan.

Tentu saat pindah, penghasilannya mulai turun drastis. Kondisi tersebut memaksanya untuk berpikir bagaimana caranya dapat penghasilan lebih. Terbersit lah ia untuk buka warung makanan. Berbekal pengalamannya bekerja sebagai tukang cuci piring di warung makan, Bustaman mencoba menyewa lahan satu kali satu meter dengan harga Rp 3 ribu.

Meski awalnya tidak bisa masak, Bustaman mencoba untuk belajar. Namun ternyata setelah dijalani, omzetnya jauh lebih rendah ketimbang modal yang dikeluarkan. Sialnya lagi, hasil dagangan malah dibawa lari oleh pembantu barunya.

Meski sempat gagal, Bustaman tidak putus asa begitu saja. Dia konsisten berusaha untuk mendirikan kembali rumah makan miliknya. Dia pun mencari tukang masak yang bisa dipercaya.

Di sinilah titik balik hidup Bustaman. Jualannya laku keras karena makanannya banyak diminati orang. Namun ternyata kesuksesan tersebut harus mengalami cobaan lagi. Warung Bustaman yang saat itu masih berupa gerobak harus diangkut Satpol PP.

Bustaman akhirnya membuka warung di lahan yang disediakan oleh pemerintah. Harga beli lapak tersebut Rp 750 per lapak. Namun satu nama cuma boleh beli satu lapak, padahal saat itu Bustaman butuh dua lapak.

Ia lalu meminjam nama pamannya. Namun, tantenya malah mengusik kesuksesan warung Bustaman dengan merebut warung tersebut. Meski demikian, nasib baik tetap berpihak pada Bustaman. Warung yang kemudian dikelola oleh tantenya tersebut tidak bisa lebih laris daripada warungnya.

Bustaman lalu membeli lapak baru di seberang lapak yang sudah dikuasai oleh tantenya. Bernasib baik, warungnya laris-manis. Meski demikian, cobaan Bustaman belum berakhir. Bustaman sempat mengalami musibah lagi saat rumahnya yang berada di Pejompongan terbakar.

Saat itu yang berhasil ia selamatkan adalah istri, anak, serta gerobak dagangan miliknya. Karenanya Bustaman dan keluarga sempat tinggal di rumah pemasok bahan masakannya. Kembali diterpa musibah, Bustaman tidak menyerah. Dia pantang mundur dan memulai lagi dari awal.

Tahun demi tahun berlalu, Bustaman sudah bisa menikmati hasil jerih payahnya. Bustaman mengembangkan warungnya ke daerah Pasar Bendungan Hilir di tahun 1974. Kemudian, lanjut buka cabang di Roxy Mas.

Kisah pemberian nama Rumah Makan Padang Sederhana sendiri berasal dari nama restoran di Jambi tempat Bustaman bekerja. Nama tersebut dipilih istrinya atas pertimbangan nama "Sederhana" mudah diingat. Kini, RM Padang Sederhana udah tersebar di seluruh Indonesia dan bahkan sampai ke Malaysia. Bustaman mengembangkan rumah makan ini sendiri dan menggunakan sistem franchise.

(fdl/fdl)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |