Bursa saham Asia cenderung turun pada Jumat (16/5/2025), seiring memudarnya euforia atas pembicaraan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Bursa Asia Cenderung Melemah Jelang Akhir Pekan. (Foto: Reuters)
IDXChannel – Bursa saham Asia cenderung turun pada Jumat (16/5/2025), seiring memudarnya euforia atas pembicaraan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Indeks MSCI untuk saham Asia Pasifik di luar Jepang turun tipis 0,1 persen menjadi 613,4 pada Jumat, tetapi masih mencatat kenaikan mingguan lebih dari 3 persen.
Saham unggulan China (CSI 300) melemah 0,57 persen, sementara indeks Hang Seng Hong Kong turun 0,82 persen dan Shanghai Composite berkurang 0,54 persen.
Indeks Nikkei Jepang merosot 0,17 persen dan Topix tergerus 0,19 persen setelah data menunjukkan ekonominya menyusut untuk pertama kalinya dalam setahun pada kuartal Maret, menggarisbawahi rapuhnya pemulihan ekonomi Negeri Sakura yang kini terancam oleh kebijakan dagang AS.
Berbeda, KOSPI Korea Selatan naik 0,11 persen dan ASX 200 Australia mendaki 0,58 persen.
Secara umum, pekan ini menjadi periode positif bagi pasar saham global setelah tercapainya gencatan senjata dagang antara AS dan China, yang dianggap telah mengurangi risiko resesi global. Namun, menjelang akhir pekan, pasar mulai menunjukkan tanda-tanda kehati-hatian.
Investor kembali melepas dolar AS terhadap mata uang safe haven pada Jumat. Nilai tukar USD/JPY turun 0,4 persen terhadap yen Jepang dan USD/CHF turun 0,3 persen terhadap franc Swiss.
“Pasar menghadapi akhir pekan dengan risiko lebih kecil terhadap posisi terbuka dibandingkan pekan lalu, karena tidak ada pertemuan dagang besar atau risiko signifikan yang terjadwal,” kata analis senior di Capital.com, Kyle Rodda.
“Namun, selama masa kepresidenan Trump, selalu ada kecenderungan sentimen ‘risk-off’ menjelang akhir pekan, sebab kejutan negatif pada pembukaan pasar Senin bisa saja muncul lewat satu unggahan di media sosial,” ujarnya.
Futures Nasdaq dan S&P 500 masing-masing turun 0,1 persen setelah Wall Street ditutup bervariasi. Data penjualan ritel AS yang lemah serta penurunan mengejutkan dalam indeks harga produsen pada April mendorong pasar untuk memperkirakan pelonggaran kebijakan moneter sebesar total 56 basis poin oleh Federal Reserve tahun ini.
Hal tersebut mendorong reli di pasar obligasi AS setelah sempat melemah sepanjang pekan. Imbal hasil obligasi acuan tenor 10 tahun turun 3 basis poin menjadi 4,424 persen pada Jumat, setelah sebelumnya turun 7 basis poin dan menjauh dari level tertinggi satu bulan. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.