Bos OJK: Ketidakpastian Dunia Akan Terus Berlangsung, Kita Harus Berjaga-jaga

2 hours ago 3

Jakarta -

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menyebut ketidakpastian dunia masih akan terus berlangsung dalam waktu yang lama. Ia mengingatkan agar terus berjaga-jaga menghadapi situasi yang lebih buruk ke depan.

Mahendra mengatakan, kondisi ini semakin terlihat ketika Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan tarif resiprokal atau tarif balasan untuk impor dari negara-negara mitranya. Kondisi ini memicu munculnya perang dagang, khususnya dengan China.

Meski demikian, menurutnya sinyal-sinyal dari ketegangan antara kedua negara ekonomi terbesar di dunia itu telah terjadi bahkan sebelum tarif Trump. Mahendra meyakini, ketidakpastian ini akan berlangsung cukup lama.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Terlepas dari teknis negosiasi perdagangan, namun tidak ada yang menyangkal bahwa kondisi ketidakpastian dunia ini akan terus berlangsung. Tidak ada yang menyangkal. Jadi hampir bisa dikatakan given, kalaupun kita tidak berharap tentu, tapi kita harus berjaga-jaga dan antisipatif memburuk ke depan," kata Mahendra dalam acara Outlook Ekonomi DPR di Menara Bank Mega, Jakarta Selatan, Selasa (20/5/2025).

Menyusul gonjang-ganjing perang dagang ini, lembaga pemeringkat utang, Moody's Investors Service menurunkan peringkat utang AS AAA menjadi AA1. Hal ini menunjukkan juga bagaimana sentimen dari investor dan pasar melihat kondisi perekonomian AS.

Menurut Mahendra, langkah Moody's menurunkan peringkat utang AS bukan hanya karena fenomena defisit biasa yang terjadi di Negara Paman Sam ini, tetapi menuju triple deficit.

"Ada suatu fenomena baru menuju triple deficit yaitu defisit budget, anggaran, defisit perdagangan, dan risiko deficit capital account, neraca modal. Ini karena pertama kalinya pada saat yang bersamaan terjadi capital outflow yang besar di AS antara lain adalah reversal dari yen carry trade yang tempo hari dipakai investasi yen karena bunga murah dan juga nilai tukarnya rendah di-invest di Amerika," terang Mahendra.

Namun tiba-tiba yen bergerak, tingkat bunganya makin mahal dan yen ikut terkerek naik. Kondisi ini membuat orang buru-buru kembalikan pinjamannya yang sebelumnya dipakai untuk investasi di AS. Dengan demikian, terjadi counterflow dari modal yang biasanya bergerak ke S sebagai safe haven, sekarang justru keluar dari AS.

"Jadi ada risiko triple deficit plus pemeringkatan yang tadi turun dan kemudian risiko perdagangan dan kalau job-nya ya kalau untuk kebanyakan orang mengenai apa yang akan dilakukan oleh bung Alfito (Pimred Detikcom) hari ini atau besok atau minggu depan, bisa dikatakan hanya Alfito dan Tuhan yang tahu, tapi kalau tentang Trump, Tuhan pun mungkin akan bertanya-tanya. Tuhan pun tidak tahu. Jadi, setinggi itu uncertainty," ujar dia.

(shc/ara)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |