Analis: Rupiah Masih Dibayangi Sentimen Domestik dan Isu Suku Bunga BI

4 hours ago 3

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan, rupiah masih dibayangi sentimen negatif dari dalam negeri terkait pelonggaran moneter atau pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).

“Issu pelonggaran ini masih akan menekan rupiah terhadap dolar AS selama beberapa waktu ke depan,” ucapnya, Jumat (24/10/2025).

Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI bulan Oktober 2025 yang berlangsung pada Selasa (21/10/2025) dan Rabu (22/10/2025) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI-Rate tetap berada pada level 4,75 persen. Suku bunga deposit facility diputuskan tetap pada level 3,75 persen, begitu pula suku bunga lending facility yang dipertahankan di level 5,5 persen.

Meskipun menghadapi tekanan dari dalam negeri, sentimen terhadap dolar AS dinilai juga tidak terlalu kuat. Hal ini dipengaruhi oleh penutupan (shutdown) pemerintah AS, berlanjutnya pertikaian dagang antara Negeri Paman Sam dan China, serta isu pemangkasan suku bunga The Fed.

“Faktor-faktor ini bisa membantu menahan pelemahan rupiah terhadap dolar AS,” ujarnya.

Mengutip Anadolu, penutupan pemerintah AS telah memasuki hari ke-23, seiring Senat AS dari Partai Demokrat pada Kamis (23/10) menolak rancangan undang-undang (RUU) yang didukung Partai Republik. RUU tersebut akan memberikan gaji kepada anggota militer aktif dan pegawai federal penting lainnya yang tetap bertugas selama penutupan pemerintah.

Dengan perolehan suara 54–45, Senat tidak mengajukan penutupan pada mosi untuk melanjutkan Shutdown Fairness Act, yang disponsori oleh Senator Ron Johnson. RUU itu membutuhkan 60 suara untuk dapat dilanjutkan.

Penutupan pemerintah, yang menjadi penutupan terpanjang kedua dalam sejarah AS, dimulai pada 1 Oktober setelah negosiasi mengenai prioritas pengeluaran federal gagal. Ribuan pegawai federal sejak itu dirumahkan atau bekerja tanpa gaji, sementara sejumlah layanan pemerintah dikurangi atau ditangguhkan.

Terkait pertikaian dagang, berdasarkan laporan ANTARA Beijing, Presiden AS Donald Trump dilaporkan akan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping dalam Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) pada 31 Oktober–1 November 2025 di Korea Selatan.

Trump menggambarkan hubungannya dengan Xi sebagai “sangat baik” dan mengatakan pertemuan mereka akan berlangsung cukup lama, di tengah perseteruan perihal kebijakan tarif dagang.

Mengenai prospek pemangkasan suku bunga, CME FedWatch memperkirakan pemotongan sebesar 25 basis poin (bps) akan terjadi pada akhir Oktober 2025 dengan estimasi probabilitas 99 persen.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut, Ariston memprediksi kurs rupiah melemah ke arah Rp16.700 per dolar AS dengan potensi resisten di kisaran Rp16.580 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan Jumat di Jakarta menguat sebesar 17 poin atau 0,10 persen menjadi Rp16.612 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.629 per dolar AS.

sumber : Antara

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |