Listrik dan Akses Jalan Terputus Jadi Tantangan Operator Seluler Pulihkan Koneksi

1 hour ago 1

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Telkomsel, Indosat Ooredoo Hutchison, dan XL Smart menyebut keterbatasan listrik serta akses jalan yang sulit dijangkau sebagai tantangan utama dalam pemulihan jaringan telekomunikasi di Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara pascabanjir.

Direktur Utama Telkomsel Nugroho menjelaskan, di Sumatra Utara masih ada 10 persen Base Transceiver Station (BTS) yang belum berfungsi. Dari 90 persen yang telah aktif, sebagian tidak memakai jaringan fiber optic dan sementara mengandalkan satelit, termasuk Starlink, sehingga kualitas transport data tidak seoptimal fiber optic.

“Ini juga sudah kita upayakan dan sebagian transport ini terputus juga karena isu power (tenaga listrik),” kata Nugroho dalam konferensi pers Rapat Koordinasi Penanganan Akses Telekomunikasi Pada Bencana Banjir dan Tanah Longsor Sumatera di Balai Monitor, Medan, Senin (1/12/2025).

Ia menambahkan, pemulihan fiber optic baru bisa berjalan ketika pasokan listrik kembali menyala dan akses darat yang tertutup longsor dapat dibuka dengan bantuan TNI.

Nugroho juga menyampaikan, banjir dan longsor memutus sumber listrik yang berdampak pada jaringan transport data, fiber optic, site BTS, stasiun kalkulasi otomatis, serta data center atau TTC Telkomsel. Kondisi tersebut menyebabkan gangguan layanan hingga downtime 68 persen pada sisi BTS.

Direktur Utama Telkom Dian Siswarini menyoroti tantangan lain, yakni penggunaan genset sebagai sumber listrik darurat. Menurut dia, genset sulit dibawa ke lokasi terdampak dan suplai solar pun terhambat akibat akses yang masih terputus.

“Walaupun kami berhasil memulihkan jaringan dengan genset, tapi jalan ke sana untuk membawa solar itu sulit,” ujar Dian.

Pemulihan jaringan Telkomsel saat ini diprioritaskan di Aceh yang masih memiliki 60 persen BTS tidak aktif. Perusahaan menargetkan dapat membangkitkan hingga 75 persen BTS setelah pasokan listrik dari PLN kembali stabil. Di Sumatra Utara ditargetkan pemulihan 90–95 persen, sedangkan Sumatra Barat sekitar 94 persen.

Chief Technology Officer Indosat Ooredoo Hutchison, Desmond Cheung, menambahkan skala bencana di Sumatra sangat besar. Penduduk dihadapkan pada longsor, jembatan terputus, serta banjir. Menurut Desmond, dua faktor utama yang memperlambat pemulihan adalah terputusnya daya listrik dan akses darat yang terkena longsor sehingga mengganggu kabel fiber optic.

“Tempatnya sangat berbahaya, saya tidak bisa mengirim orang ke sana,” kata Desmond.

Ia menyebut Indosat menargetkan pemulihan 75 persen sembari menunggu kondisi lapangan aman dan akses diperbaiki pemerintah.

XL Smart menyampaikan target serupa untuk memulihkan 75 persen BTS di tiga provinsi tersebut. Di Sumatera Utara, dari 900 BTS, empat persen masih tidak berfungsi. Sementara di Sumatera Barat, dari sekitar 3.000 BTS, hanya 23 yang belum aktif dan diharapkan segera pulih dalam beberapa hari.

Selain operator seluler, PT Pos Indonesia juga mempercepat pemulihan layanan di Langsa dan Sibolga, serta menggratiskan biaya pengiriman bantuan ke wilayah bencana melalui jaringan logistik dari Jakarta, Bandung, dan Surabaya.

Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid menekankan pentingnya percepatan pemulihan akses telekomunikasi agar masyarakat di daerah terdampak dapat kembali berkomunikasi dan memperoleh informasi secara cepat dan akurat.

sumber : Antara

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |