Wall Street Bersiap Hadapi Tekanan Baru, Kebijakan Tarif Timbulkan Ketidakpastian

1 day ago 9

Bursa saham Amerika Serikat (AS) bersiap menghadapi tekanan baru pada pekan depan.

 MNC Media)

Bursa saham Amerika Serikat (AS) bersiap menghadapi tekanan baru pada pekan depan. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Bursa saham Amerika Serikat (AS) bersiap menghadapi tekanan baru pada pekan depan seiring volatilitas sejumlah aset seperti dolar dan obligasi (US Treasury). Kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump memicu gejolak ketidakpastian global, sehingga ikut berdampak terhadap tiga indeks utama Wall Street.

Kendati S&P 500 sempat mencatatkan kenaikan mingguan usai Trump menunda implementasi tarif terhadap sejumlah negara, kekhawatiran terhadap dampak jangka panjang dari perang dagang antara AS dan China masih membayangi pasar.

Indeks acuan S&P 500, yang sempat melesat 9,5 persen pada perdagangan Rabu, masih tercatat turun sekitar 13 persen dari rekor penutupan tertingginya pada 19 Februari lalu. 

Pasar masih dibayangi oleh ketidakpastian kebijakan, khususnya setelah China meningkatkan tarif impor terhadap barang-barang AS menjadi 125 persen pada Jumat lalu. Upaya Beijing ini tak lain merupakan respons atas keputusan Trump yang menaikkan bea masuk terhadap produk asal China.

“Ketidakpastian yang terus bergulir membuat pelaku pasar enggan mengambil posisi besar ke satu arah,” kata Chief Investment Strategist Janney Montgomery Scott, Mark Luschini.

Melansir Investing, Sabtu (12/4/2025), tanda-tanda keresahan investor tercermin dari lonjakan indeks CBOE Volatility Index (VIX), berada di kisaran 40 pada Jumat (11/4/2025), lebih dari dua kali lipat level median historisnya. 

Selain itu, indeks dolar AS (DXY) juga terperosok di bawah level 100 untuk pertama kalinya dalam dua tahun terakhir. Bersamaan, imbal hasil (yield) obligasi AS bertenor 10 tahun melonjak ke atas 4,5 persen, kenaikan mingguan terbesar dalam beberapa dekade terakhir.

Ketidakstabilan di pasar obligasi dan dolar mulai melunturkan titel keduanya sebagai aset ‘safe haven’ ketika risiko makro meningkat.

Analis Barclays dalam catatannya menilai selagi pasar obligasi belum stabil, maka aset berisiko seperti saham akan terus menghadapi tekanan. 

Di tengah tekanan makro, pekan depan pasar juga akan menghadapi ujian dari sisi fundamental emiten. Sejumlah perusahaan besar seperti Goldman Sachs, Johnson & Johnson, serta Netflix dijadwalkan merilis laporan kinerja keuangan mereka.

Selain itu, data penjualan ritel AS untuk periode Maret yang akan dirilis pekan depan juga menjadi perhatian pelaku pasar.

Sebelumnya survei konsumen yang dirilis Jumat menunjukkan bahwa sentimen konsumen AS anjlok tajam pada April. Ekspektasi inflasi untuk 12 bulan ke depan juga melonjak ke level tertinggi sejak 1981, seiring kecemasan masyarakat terhadap eskalasi ketegangan tarif dagang.

Analis menilai pasar  akan tetap sensitif terhadap perkembangan perundingan dagang antara AS dan negara-negara mitra dagangnya. Fokus utama tetap tertuju pada relasi AS-China, dua kekuatan ekonomi terbesar dunia yang kini saling menaikkan tarif dalam skala besar.

“Negosiasi dengan China menjadi kunci utama bagi pergerakan pasar,” tulis analis Citi dalam catatannya.

(Rahmat Fiansyah)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |