Trump Patok Tarif Tinggi, Produk China Diprediksi Hilang dari AS dalam 3 Bulan

1 day ago 5

Jakarta -

Perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat (AS) dan China semakin memanas. Kedua negara tersebut saling balas tarif, AS menetapkan tarif 145% untuk semua produk dari China, sementara China membalas dengan menerapkan tarif 125% untuk produk yang masuk ke negaranya.

Anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Chatib Basri mengatakan, jika AS benar-benar mematok tarif tersebut terhadap produk China, maka dalam tiga bulan ke depan tidak ada lagi produk China di AS lantaran biaya yang bakal dikeluarkan pengusaha China lebih besar dibandingkan keuntungannya.

"Maka kekhawatiran saya, mudah-mudahan saya salah, dalam tiga bulan stok akan habis dan akan terjadi situasi seperti Covid di Amerika," kata Chatib dalam Panel Discussion yang diselenggarakan oleh The Yudhoyono Institute di Jakarta, Minggu (13/4/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Chatib menambahkan kondisi ini bakal menimbulkan perlawanan dari kebijakan tersebut, akibatnya inflasi jadi semakin tinggi. Jika hal tersebut terjadi, Chatib pesimistis bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) urung menurunkan suku bunga dan memungkinkan nilai tukar dolar AS menguat terhadap nilai tukar mata uang negara lainnya.

"Kalau Amerika tidak bisa menurunkan bunga, maka ada kemungkinan bahwa nilai tukar dolar itu akan mengalami penguatan. Ini akan punya pengaruh pada berbagai negara," katanya.

Chatib mengatakan langkah Presiden AS Donald Trump menerapkan tarif ke berbagai negara tidak bisa dilihat dari perspektif makro ekonomi, namun harus melihat dalam konsep Bayesian Game. Ia menjelaskan konsep tersebut ojektifnya bukan menyelesaikan neraca perdagangan, tapi memaksa semua negara untuk datang dan bernegosiasi dengan Trump.

"Karena dengan itu, maka mereka Amerika Serikat, bisa melakukan deal, dan itu sampai sejauh ini, saya kira Amerika Serikat berhasil, kecuali dengan Cina, karena kalau kita lihat di dalam Bayesian Game itu, Trump bisa menggunakan posisi sebagai hawkish, dia akan pasti atau dia willing to negotiate. Di dalam posisi Cina, kalau dia melihat bahwa Trump agak ragu-ragu, dia akan negotiate," katanya.

"Tetapi kalau dia melihat bahwa Trump itu sangat firm dengan kebijakannya, maka yang dilakukan adalah dia retaliasi. Kalau retaliasi ini, ini berbahaya. Kenapa? Karena efeknya tadi Ibu Marie mengatakan, bahwa akan ada slowdown dari global growth," tambahnya.

(rrd/rrd)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |