Jakarta -
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 hingga semester I-2025, serta outlook ekonomi makro hingga akhir tahun. Laporan tersebut menunjukkan proyeksi ekonomi dan penerimaan pajak yang dipangkas lebih rendah.
"APBN 2025 luar biasa sangat dinamis dalam pelaksanaannya karena berbagai faktor," kata Sri Mulyani dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI, Selasa (1/7/2025).
Sri Mulyani memperkirakan penerimaan pajak pada tahun ini tidak akan mencapai target Rp 2.189,3 triliun seperti yang ditetapkan dalam APBN 2025. Sampai akhir tahun diperkirakan hanya terkumpul 94,9% atau Rp 2.076,9 triliun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Penerimaan pajak oleh teman-teman DJP (Direktorat Jenderal Pajak) masih akan dijaga dengan growth 7,5% sehingga pada akhir 2025 diperkirakan kami akan mengumpulkan Rp 2.076,9 triliun," tutur Sri Mulyani.
Penerimaan pajak yang diperkirakan tidak mencapai target disebabkan oleh beberapa hal seperti tingginya restitusi. Selain itu dikarenakan pelemahan ekonomi nasional dan batalnya kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% yang sebelumnya berpotensi menambah Rp 71 triliun.
"Itu menyebabkan kita kehilangan target yang sebesar Rp 71 triliun di APBN 2025 ini. Ini tentu mempengaruhi kinerja kita," ujarnya.
Rendahnya penerimaan juga dipengaruhi oleh harga minyak dan gas bumi yang turun. Hal lain yang mempengaruhi adalah deviden BUMN yang kini disetorkan ke Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara).
"Dividen dari BUMN yang tidak dibayarkan karena sekarang dipegang Danantara itu sekitar Rp 80 triliun," kata Sri Mulyani.
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dipangkas
Sri Mulyani juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2025 menjadi dalam rentang 4,7-5%. Proyeksi tersebut turun dibandingkan asumsi sebelumnya di level 5,2%.
"Kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2025 pada kisaran 4,7-5% untuk semester II, sehingga secara keseluruhan antara 4,7-5%," kata Sri Mulyani.
Sri Mulyani menyebut hal ini sesuai perkiraan berbagai lembaga internasional yang memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2025 berada di level 4,7%.
"Pemerintah akan mencoba melakukan berbagai langkah untuk memitigasi sehingga pertumbuhan ekonomi bisa mendekati atau tetap terjadi 5%," tutur Sri Mulyani.
Selain itu, dalam asumsi makro 2025 terbaru pemerintah memperkirakan inflasi terjaga di semester II, namun ada kenaikan sedikit lebih tinggi di 2,2%-2,6%.
Mengenai rupiah, Sri Mulyani memperkirakan pada level Rp 16.300- Rp 16.800 per dolar AS dan imbal hasil SBN ditetapkan masih cukup lebar pada level 7% atau dekat batas bawah 6,8%.
Sementara itu, mengenai outlook harga minyak diakui agak sulit. "Kemarin sempat melonjak harga minyak karena adanya pengeboman di Iran, namun kita melihat ada tren perbaikan dan semoga tetap terjaga suasana kondusif dari geopolitik dan perang di Timur Tengah. Kami perkirakan cukup lebar antara US$ 66-94 per barel," kata Sri Mulyani.
Kemudian, untuk outlook dari lifting minyak sebesar 593-597 ribu barel per hari (rbph) dan lifting gas sebesar 976-980 ribu barel setara minyak bumi per hari (rbsmph).
(aid/hns)