Sektor Otomotif di Tengah Tantangan Pajak Baru Kendaraan dan Kompetisi Ketat

4 weeks ago 15

Industri otomotif menghadapi tantangan besar, salah satunya berasal dari rencana pemerintah menaikkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) serta penerapan Pajak Opsen.

 Freepik)

Sektor Otomotif di Tengah Tantangan Pajak Baru Kendaraan dan Kompetisi Ketat. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Prospek industri otomotif Indonesia pada 2025 menghadapi tantangan besar, salah satunya berasal dari rencana pemerintah menaikkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11 persen menjadi 12 persen, serta penerapan Pajak Opsen.

Pajak baru ini akan mencakup Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB), dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan (MBLB).

Sebagai informasi, opsen adalah pungutan tambahan pajak menurut persentase tertentu.

Menurut riset Sucor Sekuritas, yang dirilis 6 Desember 2024, kebijakan tersebut berpotensi menaikkan harga kendaraan hingga 8 persen.

Kenaikan ini dikhawatirkan semakin melemahkan daya beli masyarakat di tengah kondisi ekonomi yang masih penuh tekanan.

Penjualan Lesu, Target Tak Tercapai
Hingga Oktober 2024, penjualan mobil baru tercatat hanya mencapai 710.406 unit, turun 15 persen dibandingkan tahun lalu. Angka ini bahkan jauh dari target awal GAIKINDO sebesar 1,1 juta unit yang kemudian direvisi menjadi 850.000 unit.

Penjualan sepeda motor menunjukkan sedikit peningkatan, tumbuh 3,4 persen secara tahunan menjadi 5,4 juta unit.

Menurut amatan analis Sucor, ajang pameran GAIKINDO Jakarta Auto Week (GJAW) bulan lalu menegaskan lemahnya daya tarik sektor ini. Berbeda dengan GIIAS, acara tersebut hanya menarik sedikit pengunjung dan menghasilkan pemesanan kendaraan yang jauh lebih rendah.

“Kami memperkirakan volume penjualan mobil penumpang (4W) akan tetap stagnan hingga akhir tahun ini, seiring dengan lemahnya daya beli masyarakat dan tidak adanya insentif pemerintah untuk mendorong penjualan,” kata analis Sucor.

Dominasi Merek China
Salah satu sorotan dari GJAW adalah peluncuran tiga merek mobil listrik (EV) baru asal China, yakni Zeekr, Maxus, dan Aletra.

Saat ini, dari 25 merek EV yang ada di pasar Indonesia, sembilan di antaranya merupakan produsen China, dengan pangsa pasar luar biasa mencapai 89 persen di segmen mobil listrik.

Hal ini, kata analis Sucor, membuat pangsa pasar keseluruhan mobil China di Indonesia naik dua kali lipat dari 3 persen pada 2023 menjadi 6 persen tahun ini.

Penjualan mobil listrik sendiri terus mencatatkan lonjakan signifikan, tumbuh 170 persen secara tahunan hingga Oktober 2024, dengan total 27.530 unit terjual atau menguasai 4,3 persen pasar mobil.

Produsen seperti BYD, Wuling, dan Chery menjadi pemain utama yang mendorong pertumbuhan ini, didukung oleh kehadiran model EV yang lebih terjangkau serta insentif pemerintah.

Proyeksi 2025: Pertumbuhan Moderat di Tengah Hambatan
Sucor Sekuritas memperkirakan penjualan mobil baru pada 2025 hanya tumbuh moderat sebesar 5 persen menjadi 900.000 unit, sedikit meningkat dari target tahun ini sebesar 850.000 unit.

Analis Sucor menilai, kenaikan PPN, penerapan Pajak Opsen, dan keterbatasan daya beli kelas menengah berpotensi terus membebani sentimen konsumen.

Di tengah tantangan tersebut, Sucor Sekuritas memberikan rekomendasi jual untuk saham PT Astra International Tbk (ASII) dengan target harga Rp4.400 per saham, mengingat terbatasnya katalis positif di segmen otomotif, jasa keuangan, dan komoditas.

Selain itu, kurangnya produk EV yang terjangkau serta normalisasi harga komoditas turut menjadi faktor penekan kinerja.

Sebaliknya, PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) menjadi pilihan utama dengan rekomendasi beli dan target harga Rp1.600 per saham, berkat posisinya yang strategis di rantai pasok EV serta neraca keuangan yang kuat untuk mendukung konsolidasi industri. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |