Saham emiten minyak dan gas (migas) melemah dalam lanjutan sesi I perdagangan Rabu (16/10/2024), terdampak penurunan komoditas energi acuannya.
Saham ENRG hingga RAJA Turun di Tengah Pelemahan Harga Minyak. (Foto: Freepik)
IDXChannel – Saham emiten minyak dan gas (migas) melemah dalam lanjutan sesi I perdagangan Rabu (16/10/2024), terdampak penurunan komoditas energi acuannya dalam beberapa hari terakhir.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 10.28 WIB, saham PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) terkoreksi 0,87 persen, PT Elnusa Tbk (ELSA) turun 0,83 persen, PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) tergerus 0,63 persen.
Demikian pula, saham PT Radiant Utama Interinsco Tbk (RUIS) memerah 0,55 persen dan PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) berkurang 0,34 persen, dan PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) turun 0,27 persen
Sementara, saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) stagnan di Rp1.290 per saham.
Harga minyak mentah dunia kembali melemah pada Selasa (15/10/2024) setelah laporan bahwa Israel tidak akan menargetkan infrastruktur minyak saat merespons serangan misil Iran pada 1 Oktober.
Menurut data pasar, kontrak berjangka (futures) minyak jenis Brent terkoreksi 0,72 persen ke USD74,65 per barel, sedangkan minyak WTI merosot 0,92 persen ke level USD71,15 per barel pada Selasa.
Dengan ini, kedua kontrak acuan minyak tersebut sudah turun 3 hari beruntun, dengan akumulasi pelemahan hingga lebih dari 6 persen.
Penurunan ini juga diperkuat oleh revisi proyeksi permintaan 2024 dari Badan Energi Internasional (IEA), yang memprediksi surplus pasokan pada 2025.
The Washington Post melaporkan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah memberi tahu Pemerintahan Biden bahwa serangan Israel akan difokuskan pada fasilitas militer Iran, meredakan kekhawatiran dampak terhadap ekspor minyak Iran yang mencapai 1,7 juta barel per hari dan risiko meluasnya konflik di Timur Tengah.
"Langkah selanjutnya akan bergantung pada apakah pasar mempercayai retorika politik baru ini, dan jika benar Israel bertindak sesuai, harga minyak mungkin akan terus turun," ujar PVM Oil Associates, dikutip MT Newswires, Selasa (15/10).
Dalam laporan pasar minyak terbarunya, IEA kembali memangkas estimasi pertumbuhan permintaan untuk 2024, memprediksi kenaikan sebesar 862.000 barel per hari dibandingkan 2023, turun dari estimasi September sebesar 903.000 bpd.
IEA juga sedikit menaikkan proyeksi permintaan 2025 menjadi satu juta bpd, namun memperingatkan, peningkatan pasokan non-OPEC dan lemahnya permintaan dari China akan menyebabkan kenaikan persediaan pada tahun depan.
"Untuk saat ini, pasokan tetap berjalan lancar, dan tanpa gangguan besar, pasar akan menghadapi surplus besar di tahun baru," kata laporan IEA.
Selain itu, OPEC juga menurunkan proyeksi permintaan global, terutama karena melemahnya ekonomi China.
“Turunnya harga minyak bersifat disinflasi, dan ini positif bagi perekonomian secara umum,” kata ahli strategi portofolio senior di Ingalls & Snyder, New York, Tim Ghriskey.
“Apa yang Anda lihat sekarang adalah spekulasi bahwa properti minyak di Timur Tengah tidak akan menjadi target serangan,” ujarnya.
“Penurunan harga minyak juga mencerminkan sesuatu tentang permintaan global,” kata Ghriskey. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.