Saham Emiten Emas BRMS-ANTM Cs Terimbas Profit Taking

3 weeks ago 4

Saham emiten emas terkoreksi pada perdagangan Selasa (22/10/2024) pagi, terkena aksi ambil untung (profit taking) investor usai menguat berhari-hari.

 Freepik)

Saham Emiten Emas BRMS-ANTM Cs Terimbas Profit Taking. (Foto: Freepik)

IDXChannel – Saham emiten emas terkoreksi pada perdagangan Selasa (22/10/2024) pagi, terkena aksi ambil untung (profit taking) investor usai menguat berhari-hari.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.25 WIB, saham PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) melemah 2,44 persen.

Dengan ini, reli 7 hari beruntun PSAB terhenti. Saham tersebut sukses menguat 46,72 persen hanya dalam sepekan.

Kemudian, saham PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) turun 1,64 persen, saham PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) terdepresiasi 1,27 persen. Saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) merosot 0,89 persen usai menguat 3 hari beruntun.

Demikian pula, saham PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) yang tergerus 1,16 persen. Saham BRMS sedang dalam uptrend yang kuat, meningkat 18,06 persen dalam sepekan dan melonjak 75,25 persen dalam sebulan.

Saham PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) juga berkurang 0,26 persen.

Harga emas masih berada di sekitar rekor tertingginya pada Selasa (22/10/2024), kendati terkoreksi tipis seiring penguatan dolar Amerika Serikat (AS) dan imbal hasil obligasi.

Logam mulia ini tetap mendapat dorongan dari penurunan suku bunga serta minat investor terhadap aset aman di tengah konflik di Timur Tengah dan menjelang pemilihan presiden (pilpres) AS.

Berdasarkan data pasar, pukul 09.23 WIB, emas spot (XAU/USD) tumbuh 0,34 persen ke USD2.728 per troy ons.

Logam mulai tersebut ditutup turun 0,08 persen pada Senin, setelah menembus rekor tertinggi pada intraday hari tersebut di angka USD2.740,60 per troy ons.

Pergerakan harga emas ini terjadi menjelang potensi penurunan suku bunga AS yang diharapkan bulan depan oleh Federal Reserve (The Fed), yang menurunkan biaya kepemilikan emas.

Sementara itu, perang Israel di Gaza dan Lebanon, serta hasil survei yang menunjukkan persaingan ketat dalam pemilihan presiden AS pada 5 November, mendorong minat terhadap aset aman seperti emas.

“Emas terus mencatatkan rekor tertinggi baru. Ketegangan di Timur Tengah, kekhawatiran terhadap utang AS yang meningkat, dan pemilu AS yang paling ketat dalam beberapa generasi mendukung momentum saat ini,” kata Saxo Bank, dikutip MT Newswires, Senin (22/10).

Indeks dolar ICE tercatat naik 0,45 poin menjadi 103,959. Imbal hasil obligasi AS juga menguat, dengan surat utang bertenor dua tahun membayar 4,032 persen, naik 6,7 basis poin, sementara surat utang bertenor 10 tahun naik 9,5 basis poin menjadi 4,177 persen.

Proyeksi Emas

Citi Research menaikkan perkiraan harga emas untuk tiga bulan ke depan, dengan mempertimbangkan potensi melemahnya pasar tenaga kerja AS, pemangkasan suku bunga oleh The Fed, serta peningkatan permintaan fisik dan ETF.

Dalam catatan yang dirilis Senin, bank ini memperbarui proyeksi harga emas dalam tiga bulan menjadi USD2.800 per troy ons dari perkiraan sebelumnya USD2.700. Mereka juga memprediksi harga emas dalam 6 hingga 12 bulan mencapai USD3.000.

Citi juga merevisi proyeksi harga perak dalam 6 hingga 12 bulan naik menjadi USD40 per troy ons dari sebelumnya USD38.

“Kami mencatat bahwa emas dan perak telah berkinerja sangat baik meskipun permintaan fisik ritel di China melemah dan suku bunga AS naik sejak Fed memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin dan data penggajian lebih baik dari perkiraan bulan lalu,” kata laporan Citi.

Citi menambahkan, harga emas juga diprediksi naik jika harga minyak melonjak akibat eskalasi konflik Timur Tengah dalam waktu dekat.

Citi tetap netral-bullish terhadap platinum dengan target harga tiga bulan sebesar USD1.025 per troy ons dan target 6 hingga 12 bulan sebesar USD1.100 per troy ons.

Sementara untuk paladium, Citi cenderung bearish setelah kenaikan harga terakhir, dengan target tiga bulan di USD1.000 per troy ons dan target 6 hingga 12 bulan di USD900 per troy ons.

Citi juga menyebutkan, fundamental pasar minyak menunjukkan harga rata-rata USD60 per barel pada 2025, meskipun potensi eskalasi geopolitik dalam waktu dekat di Timur Tengah tetap tinggi. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |