Saham Bank Besar Tersungkur, Analis Ungkap Peluang di Tengah Tekanan

1 week ago 21

Saham perbankan utama berguguran seiring penurunan tajam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang sempat merosot 9,19 persen dan memicu trading halt.

 MNC Media/ISRA TRIANSYAH)

Saham Bank Besar Tersungkur, Analis Ungkap Peluang di Tengah Tekanan. (Foto: MNC Media/ISRA TRIANSYAH)

IDXChannel – Saham perbankan utama berguguran seiring penurunan tajam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang sempat merosot 9,19 persen dan memicu pembekuan sementara perdagangan (trading halt) selama 30 menit di awal sesi, Selasa (8/4/2025).

Hingga penutupan sesi I, IHSG masih melemah tajam sebesar 7,71 persen ke level 6.008. Dari keseluruhan saham yang diperdagangkan, hanya 26 saham yang menguat, sementara 708 saham melemah, dan 224 lainnya stagnan.

Nilai transaksi tercatat mencapai Rp12,56 triliun dengan volume perdagangan sebesar 14,01 miliar saham.

Saham-saham perbankan papan atas—yang biasanya menjadi motor penggerak IHSG bersama emiten-emiten konglomerasi—serentak melemah dan sempat anjlok belasan persen di awal sesi saat IHSG terkena trading halt.

Hingga penutupan sesi I, saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) turun 7,90 persen ke Rp3.730 per saham. Dua bank BUMN lainnya, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), masing-masing merosot 8,27 persen dan 4,72 persen.

Nasib serupa dialami saham bank Grup Djarum, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), yang melemah 7,35 persen ke Rp7.875 per saham.

Seperti yang telah diperkirakan para analis, tekanan di pasar saham Indonesia terjadi di tengah ketidakpastian global, yang dipicu oleh kebijakan tarif Amerika Serikat (AS) dan memicu gejolak di berbagai bursa dunia.

Peluang

Pengamat pasar modal Michael Yeoh menilai, di tengah tekanan pasar, tetap ada peluang yang bisa dimanfaatkan investor.

"Setiap krisis akan selalu ada peluang. Dalam 10 tahun ke belakang, perbankan kita tidak pernah memberikan dividen double digit. Kenapa? Karena penurunan bursa saham kali ini tidak sebanding dengan penurunan kinerja perbankan," tuturnya kepada IDXChannel.com, Selasa (8/4/2025).

Michael menilai meskipun proyeksi pendapatan sektor perbankan mengalami penurunan, koreksi harga sahamnya jauh lebih besar sehingga menciptakan peluang di level saat ini. "Berdasarkan data dari tiga krisis sebelumnya—2008, 2015, dan 2020—valuasi perbankan kita di 2025 berada di PBV lebih rendah 5-8 persen, kecuali BBCA," katanya.

Namun, ia juga mengingatkan potensi margin call yang bisa memicu trading halt kembali. "Potensinya ada. Perlu diingat bahwa sebentar lagi adalah ex-date perbankan dalam pembagian dividen, sehingga di momen itu akan ada koreksi dari market," demikian kata Michael.

Menurutnya, risiko terbesar saat ini justru datang dari nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang berada di level tertinggi. "Jika kita tidak mampu menjaga level rupiah, maka akan ada capital outflow kembali," kata Michael.

Selain itu, ia juga menilai aturan trading halt dan ARB yang diterapkan Bursa Efek Indonesia (BEI) kurang tepat dalam situasi saat ini. "Karena ini membatasi pergerakan investor asing yang memang saat ini jelas masih akan melakukan outflow," ujarnya.

Ia pun menyarankan investor untuk meninjau kembali strategi portofolio saham mereka. "Saat itu adalah harga yang cukup menarik," tuturnya.

Aturan ARB dan Trading Halt Baru

Mulai Selasa (8/4/2025), Bursa Efek Indonesia (BEI) menerapkan aturan baru terkait auto rejection bawah (ARB) dan penghentian sementara perdagangan efek.

Kini, batas ARB untuk saham di Papan Utama, Papan Pengembangan, dan Papan Ekonomi Baru diseragamkan menjadi 15 persen. Sebelumnya, batas ARB mengikuti ketentuan auto rejection atas (ARA) berdasarkan fraksi harga. Aturan ini juga mencakup Exchange-Traded Fund (ETF) dan Dana Investasi Real Estat (DIRE) di seluruh rentang harga.

Jika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok lebih dari 8 persen dalam sehari, bursa akan menghentikan perdagangan sementara (trading halt) selama 30 menit. Jika koreksi berlanjut hingga melewati 15 persen, trading halt kembali diterapkan dengan durasi yang sama.

Sementara itu, apabila IHSG terkoreksi lebih dari 20 persen, BEI akan memberlakukan trading suspend yang bisa berlangsung hingga akhir sesi perdagangan atau diperpanjang lebih dari satu sesi dengan persetujuan OJK. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |