Harga minyak mentah berpeluang menguat lebih lanjut dalam waktu dekat, seiring terbentuknya pola teknikal yang positif.
Pasar Minyak Cari Arah Baru, Simak Proyeksi Jangka Pendek WTI dan Brent. (Foto: Freepik)
IDXChannel –– Harga minyak mentah berpeluang menguat lebih lanjut dalam waktu dekat, seiring terbentuknya pola teknikal yang positif dan prospek pemangkasan suku bunga di Amerika Serikat (AS) yang dapat mendorong permintaan.
Di tengah meredanya ketegangan dagang Amerika Serikat (AS)–China dan potensi kesepakatan nuklir dengan Iran, pasar kini mencermati arah baru pergerakan minyak, termasuk kemungkinan Brent menembus level USD70 per barel jika indikator teknikal utama berhasil dilewati.
Namun, prospek permintaan yang lebih kuat menjelang musim panas tetap dibayangi oleh rencana produksi OPEC+ dan pembicaraan AS terkait program nuklir Iran.
Optimisme Presiden AS Donald Trump terhadap peluang tercapainya kesepakatan dengan Teheran memunculkan kemungkinan pencabutan sanksi atas ekspor minyak Iran.
Harga WTI ditutup naik 1,4 persen ke USD62,49 per barel pada Jumat (16/5/2025) pekan lalu dan mencatat kenaikan mingguan sebesar 2,4 persen.
Sementara itu, Brent menguat 1,4 persen ke USD65,41 per barel, naik 2,3 persen sepanjang pekan.
Ini menandai kenaikan mingguan kedua berturut-turut bagi kedua kontrak minyak tersebut.
"Pasar bereaksi terhadap pernyataan presiden dengan anggapan bahwa hal itu bisa membuka jalan bagi lebih banyak minyak Iran mengalir ke pasar," ujar co-chair perusahaan perdagangan internasional di Blank Rome, Anthony Rapa, dikutip Dow Jones Newswires, Jumat (16/5).
Ia menambahkan, dari sudut pandang Trump, langkah ini berdampak positif terhadap harga karena sejalan dengan keinginannya agar harga minyak lebih rendah.
Gencatan tarif selama 90 hari antara dua negara konsumen minyak terbesar dunia itu turut meredakan kekhawatiran atas lemahnya permintaan global.
Namun, ketidakpastian masih menyelimuti prospek kesepakatan nuklir AS-Iran, yang berpotensi menambah pasokan 400.000 barel per hari ke pasar.
Badan Energi Internasional (IEA) pada Kamis menyatakan, mereka memperkirakan persediaan global naik rata-rata 720 ribu barel per hari tahun ini dan 930 ribu barel per hari tahun depan, setelah sempat turun pada 2024.
Lembaga ini juga menurunkan proyeksi pertumbuhan permintaan untuk tiga kuartal terakhir 2025 menjadi 0,65 juta barel per hari dari 0,99 juta barel per hari pada kuartal pertama.
Meski ada potensi peningkatan pasokan, harapan terhadap pemangkasan suku bunga di AS mendukung prospek harga yang lebih kuat karena dapat mendorong aktivitas ekonomi dan permintaan minyak.
Namun, kehati-hatian tetap ada karena persediaan minyak mentah AS naik dan IEA memperkirakan kelebihan pasokan pada 2025 akibat output OPEC+ yang lebih tinggi. Para analis juga menurunkan proyeksi harga minyak jangka panjang dengan alasan ketidakpastian kebijakan perdagangan.
Proyeksi Jangka Pendek
Harga minyak mentah jenis light sweet (WTI) bergerak naik-turun sepanjang sesi perdagangan Jumat pekan lalu, saat pasar mencoba mencari arah baru.
“Menurut saya pasar ini akan menemukan banyak support di dekat level USD60,” ujar Senior Analyst di FXEmpire, Christopher Lewis, Jumat (16/5).
Ia melanjutkan, “Saya melihat peluang untuk terjadi pantulan, sedikit kenaikan yang bisa dimanfaatkan, karena tampaknya pasar sedang membentuk dasar (base). Dan tentu saja, baru-baru ini kita membentuk pola double bottom.”
Untuk Brent, Lewis menyebutkan bahwa pola pergerakannya tidak jauh berbeda. “Pasar Brent, tentu saja, terlihat sangat mirip karena kita masih bertahan di sekitar level USD65,” tuturnya.
Menurutnya, jika harga mampu menembus rata-rata pergerakan 50 hari (EMA 50), maka peluang penguatan akan terbuka lebar. “Jika kita bisa menembus EMA 50 hari, saya percaya Brent akan melesat naik dengan cukup kuat, membuka kemungkinan harga mengincar level USD70,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa pola double bottom yang terbentuk baru-baru ini merupakan formasi teknikal yang dikenal luas dan bisa menjadi penanda dasar pasar. “Kita hanya perlu menunggu dan melihat perkembangannya,” tambah Lewis.
Meski begitu, pandangan jangka menengah Lewis tetap cenderung positif. “Saya masih melihat ke arah atas (upside) karena, sejujurnya, dalam grafik jangka panjang, kita berada di area yang sudah beberapa kali terbukti kuat menahan penurunan,” katanya.
“Jika kita bisa menembus USD70, saya rasa Brent benar-benar akan mulai menguat signifikan. Dan pada titik itu, saya pikir pasar akan punya lebih banyak momentum.” (Aldo Fernando)