Sejumlah saham emiten produsen emas menguat pada Jumat (14/3/2025) seiring logam mulia acuannya menyentuh rekor tertinggi baru (new all-time high/ATH).
Saham ARCI hingga BRMS Naik saat Harga Emas Cetak Rekor Baru. (Foto: Freepik)
IDXChannel – Sejumlah saham emiten produsen emas menguat pada Jumat (14/3/2025) seiring logam mulia acuannya menyentuh rekor tertinggi baru (new all-time high/ATH).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.22 WIB, PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) naik 5,56 persen, PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) terkerek 4,18 persen, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mendaki 2,93 persen.
Demikian pula, saham PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) tumbuh 2,54 persen, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) terkerek 1,58 persen, dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) naik 1,12 persen.
Harga emas melonjak ke rekor tertinggi, mendekati level psikologis USD3.000 per troy ons pada Kamis (13/3/2025), didorong oleh ketidakpastian tarif serta ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter oleh Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat (AS).
Harga emas spot (XAU/USD) naik 1,88 persen ke USD 2.988,69 per troy ons pada Kamis, mencetak rekor ke-12 sepanjang 2025. Sejak awal tahun (YtD), harga emas telah meningkat hampir 14 persen, melanjutkan kenaikan 27 persen pada 2024.
Setali tiga uang, kontrak berjangka (futures) emas mencetak rekor baru pada Kamis, dengan harga acuan melampaui USD3.000 per troy ons untuk pertama kalinya.
Dalam setahun terakhir, harga emas menguat tajam di tengah ketidakpastian geopolitik, kekhawatiran terhadap valuasi saham yang tinggi, serta aksi beli oleh bank sentral, beberapa di antaranya mulai mengurangi kepemilikan aset berbasis dolar sejak Barat menjatuhkan sanksi terhadap Rusia pascainvasi ke Ukraina.
Seiring futures menyentuh USD3.000, harga emas telah mencapai target yang sebelumnya dipatok banyak analis Wall Street untuk 2025.
Mengutip Dow Jones Newswires, BNP Paribas pekan ini menaikkan proyeksi harga emas rata-rata 2025 sebesar 8 persen menjadi USD2.990 per troy ons dan memperkirakan harga emas melampaui USD3.100 per troy ons pada kuartal II-2025 sebelum melandai pada paruh kedua 2025.
Kepala strategi komoditas senior di BNP Paribas, David Wilson, menyatakan, ancaman tarif dari Trump telah memicu kekhawatiran atas kenaikan inflasi AS serta perlambatan pertumbuhan, yang mendorong investor beralih ke aset aman seperti emas.
“Pasar emas akan memperhitungkan atau menormalkan risiko perdagangan akibat Trump, seperti halnya dengan risiko geopolitik lainnya,” ujar Wilson.
“Jika tidak ada eskalasi lanjutan dalam ketegangan perdagangan, menurut kami, momentum kenaikan harga emas akan sulit berlanjut pada paruh kedua tahun ini.”
Sementara itu, emas juga masih mendapat dukungan dari meningkatnya permintaan investor dan aksi beli bank sentral.
Potensi Tatap Level USD3.200
“Emas berada dalam tren kenaikan jangka panjang. Kami memperkirakan harga bergerak di kisaran USD3.000-USD3.200 per troy ons di sepanjang tahun ini,” kata Chief Operating Officer di perusahaan investasi Allegiance Gold, Alex Ebkarian.
Seperti disinggung di atas, kebijakan perdagangan Presiden AS Donald Trump yang kerap berubah dinilai turut menopang harga emas, mengingat logam mulia ini kerap menjadi aset pelindung saat terjadi gejolak geopolitik dan ketidakpastian ekonomi.
Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick menyatakan bahwa resesi merupakan harga yang sepadan untuk membendung laju inflasi.
The Fed diperkirakan mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25-4,50 persen dalam pertemuan Maret ini.
“Dampak potensial dari ancaman tarif dan perdagangan sulit dimodelkan, sehingga memaksa The Fed dalam posisi menunggu dan melihat perkembangan data ekonomi sebelum mengambil langkah berikutnya,” kata Kepala Eksekutif Sprott Asset Management, John Ciampaglia.
Bank sentral AS tersebut telah menurunkan suku bunga sebesar 100 basis poin sejak September, tetapi menangguhkan siklus pelonggaran pada Januari.
Para trader memproyeksikan pembuat kebijakan mempertahankan pendekatan berhati-hati. Data ekonomi terbaru menunjukkan bahwa indeks harga konsumen AS naik 0,2 persen pada bulan lalu setelah sebelumnya meningkat 0,5 persen pada Januari.
Sementara itu, permintaan untuk ETF emas terus meningkat. SPDR Gold Trust, ETF emas terbesar di dunia, melaporkan kepemilikan emasnya bertambah menjadi 907,82 metrik ton pada 25 Februari, level tertinggi sejak awal 2025.
Menurut analis Standard Chartered Suki Cooper, permintaan tinggi terhadap ETF emas, aksi beli bank sentral yang berkelanjutan, serta kekhawatiran inflasi akibat perubahan kebijakan perdagangan AS mendorong emas tetap menjadi aset yang menarik di tengah ketidakpastian global. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.