Rupiah Melemah ke Rp 16.735 per Dolar AS, Pasar Cermati Sinyal The Fed

2 hours ago 3

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Nilai tukar rupiah melanjutkan tren pelemahan pada perdagangan Kamis (20/11/2025). Tertekannya Mata Uang Garuda disinyalir terjadi karena ekspektasi penurunan suku bunga The Fed yang masih terus menjadi fokus pasar. 

Mengutip Bloomberg, rupiah melemah 28 poin atau 0,17 persen menuju level Rp 16.735,5 per dolar AS pada penutupan perdagangan Kamis (20/11/2025). Pada perdagangan sebelumnya, rupiah berada di posisi Rp 16.708 per dolar AS.

“Meningkatnya skeptisisme di antara para pejabat Federal Reserve (Fed) tentang pemangkasan suku bunga berikutnya pada bulan Desember mengaburkan prospek kebijakan moneter. Karena para pejabat masih terpecah antara risiko inflasi yang masih ada dan tanda-tanda pelemahan pasar tenaga kerja, para pedagang mengurangi ekspektasi untuk pelonggaran lebih lanjut,” kata Pengamat Mata Uang dan Komoditas Ibrahim Assuaibi dalam keterangannya, Kamis (20/11/2025). 

Ibrahim menuturkan, meningkatnya skeptisisme di antara para pejabat The Fed tentang pemangkasan suku bunga berikutnya pada bulan Desember mengaburkan prospek kebijakan moneter. Sebab para pejabat masih terpecah antara risiko inflasi yang masih ada dan tanda-tanda pelemahan pasar tenaga kerja, para pedagang mengurangi ekspektasi untuk pelonggaran lebih lanjut.

Dalam rilis notulen rapat FOMC pada Oktober terungkap bahwa sebagian besar peserta menilai penurunan suku bunga lebih lanjut kemungkinan akan tepat seiring waktu, tetapi beberapa mengindikasikan bahwa mereka tidak memandang penurunan suku bunga pada Desember sebagai hal yang tepat. 

“Sebagian besar peserta rapat mencatat bahwa penurunan suku bunga lebih lanjut dapat menambah risiko inflasi yang lebih tinggi menjadi berlarut-larut atau dapat disalahartikan sebagai kurangnya komitmen terhadap target inflasi 2 persen. Banyak peserta berpendapat bahwa berdasarkan pandangan mereka, mempertahankan suku bunga tidak berubah selama sisa tahun ini adalah langkah yang tepat,” ujarnya. 

Ibrahim melanjutkan, pada hari ini fokus pasar adalah pada laporan ketenagakerjaan bulan September yang tertunda, yang dapat memberikan wawasan tentang kesehatan pasar tenaga kerja AS dan memberikan lebih banyak petunjuk tentang arah suku bunga AS. 

“Para ekonom memperkirakan jumlah tenaga kerja akan naik sekitar 50 ribu, naik dari kenaikan 22 ribu yang tercatat pada Agustus. Angka yang lebih rendah dari perkiraan dapat dengan cepat mengubah ekspektasi pasar untuk pelonggaran suku bunga lebih lanjut,” jelasnya. 

Secara terpisah, laporan minggu ini mengindikasikan bahwa para pejabat AS dan Rusia telah menggodok proposal baru yang bertujuan untuk mengakhiri konflik di Ukraina. Laporan Reuters pada Rabu menyebutkan, AS telah memberi tahu Presiden Volodymyr Zelenskiy bahwa Ukraina harus menerima rancangan garis besar perdamaian AS yang mengharuskan Kyiv menyerahkan wilayah dan beberapa persenjataan.

sumber : ANTARA

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |