Ramalan Gelap Warren Buffett Jadi Nyata, Pasar Saham Akhirnya Runtuh

6 days ago 9

Jakarta -

Pengumuman tarif timbal balik (resiprokal) Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyebabkan pasar saham Negeri Paman Sam terpuruk. Akibatnya, mayoritas orang terkaya di AS, kekayaannya ikut merosot imbas penurunan nilai saham perusahaan.

Namun saat banyak orang terkaya di dunia mengalami kerugian hingga jutaan dolar, investor kawakan sekaligus CEO Berkshire Hathaway, Warren Buffett berhasil menjadi satu dari sedikit orang yang kekayaan pribadinya meningkat imbas kebijakan Trump.

Melansir dari laporan New York Post, Rabu (9/4/2025), kondisi ini terjadi lantaran Buffett sudah memprediksi keruntuhan pasar saham AS sejak 2024 lalu dan mulai mengumpulkan banyak sekali uang tunai.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Diketahui sepanjang 2024 kemarin dirinya sudah banyak mengurangi pembelian saham, memangkas portofolio Berkshire Hathaway, dan berhasil menyimpan uang tunai dan aset setara kas hingga US$ 334 miliar atau sekitar Rp 5.666,64 triliun (kurs Rp 16.966/dolar AS).

Keputusan investor ternama dunia ini menandakan sikap skeptisismenya terhadap 'label harga' yang melekat pada perusahaan publik dan bisnis swasta dalam bentuk nilai saham.

"Tumpukan uang tunai itu sekarang mewakili sekitar sepertiga dari nilai pasar Berkshire yang mencapai US$ 1 triliun yang menggarisbawahi betapa tidak inginnya Buffett untuk membeli saham di pasar yang jelas-jelas ia anggap terlalu panas," jelas New York Post.

Alih-alih berinvestasi secara agresif, Buffett dan timnya menghabiskan 2024 dengan diam-diam menjual saham. Ini merupakan perubahan dramatis dari posisi dan gaya investasi mereka sebelumnya.

Tercatat sepanjang 2024, Berkshire tercatat menjual saham berbagai perusahaan dengan total nilai US$ 143 miliar atau Rp 2.426,13 triliun. Nilai ini lebih dari tiga kali lipat dari penjualan saham di tahun-tahun sebelumnya, yakni US$ 41 miliar atau Rp 695,6 triliun pada 2023 dan US$ 34 miliar atau Rp 576,84 triliun pada 2022.

Berkat prediksi dan penantiannya itu, saat orang terkaya dunia lainnya mengalami kerugian saat pasar saham AS betul-betul jatuh, nilai kekayaan bersih Buffett sejak awal Januari 2025 hingga saat ini malah naik hingga US$ 11,5 miliar atau sekitar Rp 195,1 triliun.

Sebagai informasi, sejak pengumuman tarif Trump pada pada Rabu (2/4) kemarin, 500 orang terkaya di dunia secara kolektif kehilangan lebih dari setengah triliun dolar. Kondisi ini menandai kerugian terbesar yang pernah tercatat pada Indeks Miliarder Bloomberg.

"Secara total, lebih dari US$ 500 miliar hilang dari kekayaan bersih gabungan mereka, yang mana pada perdagangan Jumat (4/4) saja total kerugian mereka US$ 329 miliar. Kerugian satu hari terbesar sejak puncak kejatuhan pasar imbas COVID-19 pada 2020 lalu," tulis New York Times dalam laporannya.

Dari jumlah itu, CEO Tesla Elon Musk tercatat menjadi orang dengan kerugian terbesar imbas runtuhnya pasar saham AS selama beberapa hari terakhir. Kekayaan bersihnya tercatat anjlok hingga US$ 31 miliar atau Rp 525,94 triliun karena saham Tesla jatuh lebih dari 10% pada perdagangan Jumat (4/4) kemarin.

Parahnya lagi, Musk kembali kehilangan US$ 4,4 miliar atau setara Rp 74,65 triliun pada perdagangan Senin (7/4), sehingga total kerugiannya yang dialaminya selama tiga hari perdagangan terakhir menjadi US$ 135 miliar atau Rp 2.290,41 triliun.

Kemudian ada juga CEO Meta Platforms, Mark Zuckerberg yang turut mengalami kerugian hingga US$ 27 miliar atau Rp 458,08 triliun imbas merosotnya saham Meta hampir 14% selama perdagangan Kamis (6/4) dan Jumat (7/4).

Beruntung saham Meta miliknya naik lebih dari 2,28% pada perdagangan Senin (7/4) kemarin, membuat kekayaan bersih Zuckerberg kembali meningkat sebesar US$ 3 miliar atau Rp 50,89 triliun.


Lihat juga Video: IHSG Turun 7,71% Saat Penutupan Sesi I

(igo/fdl)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |