Perang Dagang Pecah, Sejauh Mana Dampaknya buat Investasi di RI?

3 hours ago 1

Jakarta -

Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala BKPM Todotua Pasaribu buka-bukaan soal bergejolaknya ekonomi global imbas adanya tarif resiprokal dari Amerika Serikat. Menurutnya, kebijakan yang diumumkan Presiden AS Donald Trump pada Awal April 2025 ini bakal berdampak secara global.

Menurutnya, tarif resiprokal yang kemudian memicu pecahnya perang dagang bakal meningkatkan ketidakpastian dunia. Imbasnya para pengusaha harus menyesuaikan lagi strategi investasi dan rencana perdagangan mereka.

"Efeknya apa secara global? Yang pasti secara global ini ketidakpastian, peningkatan ketidakpastian. Banyak strategi rencana investasi dan trade setelah terjadi tarif reputasional ini menjadi adjustment," ujarnya dalam detikcom Indonesia Investment Talk Series, Senin (28/4/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rantai pasok global juga akan terganggu dengan adanya perang dagang antar negara. Hal ini akan mempengaruhi berbagai sektor strategi seperti otomotif, petrokimia, elektronik, alas kaki, dan lainnya.

"Dan juga terjadi pengalihan strategi perdagangan, strategi investasi yang juga kaitannya sangat besar terhadap rantai pasok global itu sendiri. Kemudian yang ketiga, tentunya juga pasti berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi bagi negara-negara yang berkembang, ini juga pasti akan terjadi efek terhadap itu," bebernya.

Bagi Indonesia, neraca perdagangan dengan AS memang mencatatkan surplus atau nilai ekspor lebih tinggi dibanding nilai impor. Oleh karena itu ia menduga akan ada penyesuaian yang bakal dilakukan Indonesia.

Penyesuaian ini kemungkinan dilakukan untuk sektor-sektor seperti elektronik, furniture, hingga alas kaki. Kebijakan tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi investasi pada sektor-sektor tersebut.

"Karena produk kita yang selama ini menjadi sasaran ekspor kita ke Amerika dengan pengenaan tarif saat ini tentu akan menjadi punya daya saing yang tidak kompetitif untuk masuk ke Amerika. Dan ini juga pasti akan berdampak terhadap sektor-sektor investasi yang ada di negara kita," sebutnya.

Di sisi lain, ia menjelaskan bahwa investasi menjadi kunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomi mencapai 8%, atau sesuai target yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto. Meski terlihat ambisius, kata dia, tapi ia percaya Indonesia bisa mencapai target tersebut.

"Ini angka ambisius, tetapi kalau kita melihat data di tahun 2024, salah satu negara tetangga kita itu Vietnam, itu sekarang sudah masuk ke angka pertumbuhan ekonomi mereka di angka 7,04%. Dan itu signifikan sumbangsihnya berasal daripada arus investasi yang masuk di negara mereka," tutur Todotua.

Tahun 2024 investasi yang masuk kawasan Asia Tenggara tercatat sebesar US$ 240 miliar. Dari jumlah tersebut, investasi yang masuk ke Vietnam mencapai US$ 156 miliar, sementara ke Indonesia baru US$ 39 miliar.

"Itu kontribusi yang masuk ke Vietnam itu sekitar US$ 156 miliar. Kita hanya kebagian sekitar US$ 39 miliar. Artinya apa? Artinya ini menunjukkan bahwa peran sektor investasi ini sangat berpengaruh sekali dengan pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara," tutupnya.

(ily/eds)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |