Jakarta -
Perang tarif yang dimulai Presiden AS Donald Trump mendapat perhatian banyak kalangan, termasuk Konglomerat Ray Dalio. Pria yang baru ditunjuk jadi Dewan Penasihat Danantara itu khawatir perang tarif ini bisa memicu resesi, atau bahkan sesuatu yang lebih buruk.
"Saat ini, kita berada di titik pengambilan keputusan dan sangat dekat dengan resesi. Dan saya khawatir tentang sesuatu yang lebih buruk daripada resesi jika ini tidak ditangani dengan baik," kata Ray Dalio dikutip dari CNN, Selasa (15/4/2025).
Pendiri Bridgewater Associates, hedge fund terbesar di dunia itu pernah meramalkan dengan tepat tentang krisis keuangan yang terjadi di 2008. Ray Dalio kini ikut menyuarakan kekhawatiran bersama bank-bank besar di AS. Mereka khawatir tarif impor bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi Amerika, yang merupakan ekonomi terbesar di dunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau Anda lihat tarif impor, utang, dan persaingan dari negara-negara yang makin kuat, semua itu bisa mengganggu sistem ekonomi dan tatanan global secara besar-besaran. Kalau cara penanganannya salah, dampaknya bisa lebih parah dari resesi. Tapi kalau ditangani dengan baik, masalah itu bisa dicegah," katanya.
Dalio menekankan bagaimana cara pemerintah AS menerapkan tarif sangat menentukan hasil. Kalau dilakukan dengan cara yang tenang dan teratur, hasilnya bisa baik. Tapi kalau dilakukan secara kacau dan mengganggu, dampaknya bisa sangat buruk.
Sayangnya menurut Dalio, cara Trump menjalankan rencana tarifnya sejauh ini dinilai kurang baik. Serangan tarif Trump terhadap dunia telah memicu kekacauan pasar global dalam beberapa minggu terakhir. Hal ini jadi sentimen negatif terhadap ekonomi.
Serangan tarif yang dilakukan Trump terhadap dunia telah menyebabkan keguncangan di pasar global dalam beberapa pekan terakhir, menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya penurunan ekonomi. Minggu lalu, Trump mengumumkan penundaan sementara selama 90 hari untuk semua tarif, kecuali untuk China.
Resesi sendiri merupakan kondisi di mana terjadi penurunan ekonomi yang berlangsung lama. Biasanya kondisi itu diukur dengan dua kuartal berturut-turut atau lebih yang mengalami pertumbuhan negatif.
Ekonom Goldman Sachs memperkirakan peluang resesi sebesar 45% di AS selama 12 bulan ke depan. Sebelum Trump mengumumkan penundaan 90 hari, mereka memperkirakan resesi kemungkinan besar pasti akan terjadi.
"Kemungkinan terjadinya resesi semakin besar, dengan semakin banyak tanda-tanda bahwa aktivitas ekonomi di seluruh dunia mulai melambat," kata CEO Goldman Sachs, David Solomon.
Solomon mengatakan ketidakpastian yang terjadi saat ini telah membatasi kemampuan klien Goldman Sachs dalam membuat keputusan penting. "Ketakutan atas efek perang dagang yang berpotensi meningkat telah menciptakan risiko material bagi AS dan ekonomi global," katanya.
(fdl/fdl)