Pengamat Kritik Relaksasi TKDN, Investor Sensitif Kebijakan Cepat Berubah

1 day ago 7

Jakarta -

Kepala Pusat Makroekonomi dan Finance INDEF M Rizal Taufiqurrahman mengkritik rencana pemerintah merelaksasi kebijakan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN). Rencana itu muncul sebagai respons terhadap pengenaan tarif resiprokal dari Amerika Serikat (AS).

Menurut Rizal, di situasi perang tarif ini pemerintah seharusnya memperbaiki regulasi untuk membuka ekosistem bisnis dan investasi. Rizal mengatakan, ketika TKDN dilonggarkan akan berpengaruh terhadap neraca dagang dan hubungan bilateral dengan berbagai negara.

"Tapi ketika TKDN dibuka kemudian juga kuota impor dan juga meningkatkan impor kita, nah ini yang akan mempengaruhi. Tidak hanya neraca dagang tapi hubungan bilateral kita dengan beberapa negara," ujarnya dalam detikcom Indonesia Investment Talk Series, dikutip Senin (5/5/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tentu menurut saya justru pemerintah mestinya mendorong trade dengan membuka market global. Meskipun pemerintah mencoba sekarang membuka memanfaatkan kerjasama di kawasan ASEAN kemudian BRICS kemudian juga market-market yang lain," tambah Rizal.

Rizal juga mengingatkan bahwa investor sangat sensitif terhadap kebijakan yang cepat berubah. Apalagi, khusus TKDN, pemerintah Indonesia sebelumnya sangat ketat mengenai hal tersebut.

"Yang memang agak sensitif itu adalah kebijakan yang terlalu cepat berubah. Investor itu sangat sensitif masalah trust ini. Sehingga tentu ini menjadi challenging bagi Indonesia untuk itu. Ya termasuk misalnya sekarang ya, bagaimana kebijakan TKDN katakanlah, yang tadinya kita cukup tight di situ. Mau direlaksasi," tuturnya.

Padahal banyak investor yang sudah berjibaku berusaha memenuhi syarat TKDN untuk dapat berbisnis di Indonesia. Ia meminta pemerintah mempertimbangkan juga nasib investor tersebut.

"Hanya saja banyak para investor yang sudah ada mereka berjibaku, berusaha, berinvestasi di sini supaya TKDN-nya itu sesuai dengan peraturan. Tapi kalau kemudian dibuka karena relaksasi bagaimana para investor yang sudah berjuang kelas itu. Itu yang saya kira menjadi perlu dipikirkan," imbuhnya.

Pada kesempatan itu, ia menyebut Indonesia punya prospek besar dan memiliki potensi besar sebagai destinasi investasi. Ia mencontohkan China yang yang sangat tergantung dengan sumber daya Indonesia dalam membangun industrialisasi di negara mereka.

"Yang pasti Indonesia itu negara yang sangat strategis dan punya prospek besar. Dan banyak negara-negara seperti China sangat tergantung terhadap sumber daya Indonesia. Industrialisasi China itu juga sangat tergantung pada supply chain Indonesia," tutupnya.

(acd/acd)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |