Jakarta -
PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mencatat kenaikan pada penerbitan surat utang korporasi pada kuartal I 2025 sebesar 77,4%. Penerbitan itu terjadi sepanjang bulan Januari hingga Maret sebesar Rp 46,75 triliun.
Kepala Divisi Riset Ekonomi Pefindo Suhindarto mengatakan, penerbitan surat utang ini terjadi seiring dengan bertambahnya kebutuhan refinancing emiten dalam mengelola obligasi yang diperkirakan jatuh tempo mencapai Rp 161,21 triliun sepanjang 2025.
"Di tahun ini, surat utang tersebut akan jatuh tempo dan kemungkinan akan di-refinancing. Hal itu sejalan dengan strategi perusahaan dalam menghadapi ketidakpastian dan juga suku bunga tinggi," Suhindarto dalam konferensi persnya yang diikuti secara daring, Selasa (15/4/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suhindarto menyebut, banyak pelaku usaha yang berharap adanya pelonggaran kebijakan moneter. Sehingga, kata dia, beban kupon dari surat utang yang diterbitkan relatif lebih rendah.
Selain untuk keperluan refinancing, Suhindarto mengatakan surat utang korporasi yang diterbitkan juga digunakan untuk menunjang modal kerja sebesar 41,5% dari total emisi. Adapun hingga akhir Maret 2025, tercatat sebanyak Rp 74,46 nilai mandat yang belum tercatat.
"Kemudian ini adalah mandat yang diterima Pefindo per 31 Maret ini, dan juga instrumennya belum listing. Sejauh ini mandat yang kami terima sudah mencapai nilainya sekitar Rp 74,46 triliun," jelasnya.
Suhindarto mengatakan, penerbitan surat utang didominasi oleh sektor multifinance sebanyak 10 perusahaan dengan total mandat sebesar Rp14,8 triliun. Sementara untuk perbankan, tercatat sebanyak 5 perusahaan yang menerbitkan surat utang sebesar Rp 12,6 triliun.
"Kalau kita lihat memang berdasarkan historis, penerbitan dari kedua sektor ini juga cukup tinggi dari tahun ke tahun, dan ini diteruskan juga di tahun ini, tercermin dari mandatnya yang juga masih tinggi, yang memang instrumennya masih belum listing," ungkapnya.
Suhindarto menambahkan, Pefindo memprediksi penerbitan surat utang korporasi tahun ini sekitar Rp 139,29 triliun hingga Rp155,43 triliun dengan titik tengah Rp143,92 triliun.
Simak juga Video: Kala Sri Mulyani Ungkap Surat Utang Negara Laku Keras di Tengah IHSG Anjlok
(kil/kil)