Pemerintah Respons Kasus Bos Sritex, Singgung Permainan Kredit Bank

12 hours ago 2

Jakarta -

Bangkrutnya raksasa tekstil Indonesia, PT Sri Isman Rejeki alias Sritex membuka tabir kasus korupsi. Kejaksaan Agung pun menangkap Komisaris Utama PT Sritex, Iwan Setiawan Lukminto.

Penangkapan Iwan berkaitan dengan dugaan korupsi pemberian kredit bank ke Sritex senilai Rp 692 miliar. Kredit yang diberikan diduga tak digunakan Iwan sebagaimana mestinya.

Pemerintah pun merespons kasus tersebut. Menurut Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi, kasus korupsi Sritex membuktikan bahwa penegak hukum di Indonesia bekerja menindak kasus korupsi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dalam kasus Sritex itulah yang membuktikan bahwa siapapun itu, tidak mandang buluh teman-teman kejaksaan, kalau buktinya kuat ya ditindak," tegas Prasetyo terang Prasetyo saat berbincang dengan wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Jumat (23/5/2025) siang kemarin.

Menurut Prasetyo kasus korupsi di Sritex menjadi alarm peringatan. Dalam kasus ini terungkap permainan oknum dari bank pelat merah memberikan kredit ke perusahaan yang secara kondisi tidak layak menerima.

Sebagai informasi, selain Iwan Setiawan Lukminto, ada dua mantan petinggi bank pelat merah yang ikut tersandung dan menjadi pesakitan Kejagung.

Zainuddin Mappa selaku Direktur Utama Bank DKI tahun 2020 dan Dicky Syahbandinata selaku mantan pimpinan Divisi Komersial dan Korporasi Bank BJB sebagai tersangka. Keduanya melakukan penyaluran kredit ke PT Sritex tapi tidak sesuai prosedur dan merugikan negara.

"Ini menjadi alarm juga bagi kita bahwa kita mendapatkan fakta ternyata banyak juga, dalam tanda kutip ya, oknum-oknum dari perbankan kita yang menyalahgunakan kewenangannya dengan memberikan kredit ke perusahaan yang tidak seharusnya," beber Prasetyo.

Yang jelas, Prasetyo mengatakan apa yang dilakukan Iwan Setiawan Lukminto sebagai tersangka pada akhirnya membuat Sritex runtuh dan dibayar mahal dengan hilangnya pekerjaan bagi 10 ribu karyawannya.

"Dan mohon maaf, kan terbukti bahwa dengan penyelewangan-penyelewangan itu pada akhirnya menyebabkan perusahaan tidak berjalan sebagaimana mestinya dan akibatnya ini merugikan juga bagi karyawan di Sritex yang jumlahnya kurang lebih hampir capai 10 ribu," sebut Prasetyo.

Belum lagi masalah struktural yang bisa terjadi pada industri tekstil, hal itu terjadi cuma karena manajemen satu perusahaan yang bermasalah.

"Akibat ekonominya juga ini banyak, industri tekstil kita dianggap sedang bermasalah dan seterusnya, padahal ternyata Anda faktor juga dari sisi manajemen pemiliknya yang seperti ini," kata Prasetyo.

(hal/hns)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |