Petani AS Merana Imbas Ekspor Kedelai Terganggu Aturan Trump

6 hours ago 2

Jakarta -

Industri pertanian dan peternakan Amerika Serikat (AS) tengah menghadapi tekanan imbas kebijakan tarif resiprokal Presiden AS Donald Trump terhadap China. Sebab tarif tersebut memicu penurunan permintaan ekspor bernilai ratusan triliun rupiah hingga kini mendekati nol.

Melansir SCMP, Sabtu (24/5/2025), selama bertahun-tahun China merupakan salah satu tujuan ekspor terbesar untuk berbagai macam komoditas sektor pertanian dan peternakan AS. Termasuk salah satu yang terbesar adalah komoditas kedelai dan daging babi.

Bahkan pada 2024 untuk komoditas kedelai saja para petani Amerika mengekspor lebih dari US$ 12,8 miliar atau Rp 207,57 triliun (kurs Rp 16.217/dolar AS). Semtara untuk daging babi, China tercatat sudah mengimpor sekitar 70.153 ton dari AS.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun nilai ekspor sebesar ini mulai turun saat komoditas kedelai dan daging babi AS dikenakan tarif 10% oleh China pada Maret 2025 kemarin. Pengenaan tarif ini dilakukan sebagai balasan atas pemberlakuan bea masuk sebesar 20% oleh AS atas barang-barang Tiongkok.

Namun saat itu China masih masih membeli lebih dari 340.000 ton kedelai AS hingga 3 April 2025 lalu. Barulah setelah Trump kembali mengumumkan kebijakan tarif resiprokalnya terhadap banyak negara di dunia, termasuk China, jumlah ekspor kedelai AS tersebut turun menjadi 68.000 ton.

Hingga akhirnya pada Mei 2025, jumlah ekspor kedelai AS ke China semakin anjlok bahkan mendekati angka nol. Artinya saat ini hampir tidak ada pemesana dan pengiriman kedelai dari Negeri Paman Sam ke Negeri Tirai Bambu.

"Pada bulan April, otoritas China mengumumkan bahwa negara itu akan fokus memperbanyak penanaman kedelai di dalam negeri dan peningkatan efisiensi di sektor pakan ternak untuk mengurangi kebutuhan negara itu akan impor kedelai dalam skala besar," tulis SCMP dalam laporannya.

Kondisi serupa juga dialami oleh komoditas daging babi AS. Di mana kebijakan tarif resiprokal Trump yang diluncurkan pada April 2025 lalu membuat pembeli Tiongkok membatalkan impor lebih dari 12.000 ton daging babi asal AS. Ini merupakan pembatalan pesanan terbesar yang pernah terjadi sejak pandemi Covid-19 lalu.

Kemudian pada minggu pertama Mei 2025 ini, pengiriman daging babi AS ke China telah turun menjadi hanya 24 ton. Sayang angka ini terus turun hingga mencapai nol pada minggu berikutnya.

"Setelah gencatan senjata tarif, pembelian daging babi Tiongkok sedikit pulih hingga mencapai 200 ton pada minggu yang berakhir pada tanggal 15 Mei," jelas SCMP.

(eds/eds)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |