MTEL berhasil menambah 1.390 menara sehingga saat ini memiliki 39.404 menara, atau meningkat 3,7 persen dari akhir tahun sebelumnya.
Mitratel (MTEL) Kantongi Laba Bersih hingga Rp2,11 Triliun (foto: MNC media)
IDXChannel - PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL), atau Mitratel, baru saja mengumumkan pencapaian kinerjanya di sepanjang 2024 lalu, di mana pendapatan Perseroan tercatat mencapai Rp9,31 triliun, tumbuh 7,2 persen dibanding realisasi pendapatan pada 2023 lalu.
Capaian ini diklaim sebagai bukti sahih bahwa upaya melanjutkan ekspansi bisnis ekosistem menara secara organik dan inorganik, monetisasi aset menara dan pengelolaan biaya secara lebih efisien, merupakan pendekatan strategi yang tepat bagi Perseroan.
Secara umum, bisnis penyewaan menara (tower leasing) masih menjadi penyumbang terbesar terhadap nilai pendapatan, yaitu mencapai Rp7,63 triliun, atau tumbuh 6,9 persen secara tahunan (year on year/YoY).
Sementara, pendapatan dari segmen fiber optic juga terus bertumbuh dengan mencatatkan pendapatan sebesar Rp486 miliar, meningkat 64,3 persen dibanding realisasi pada periode tahun sebelumnya.
Kenaikan di sisi pendapatan juga sukses diimbangi dengan pengelolaan biaya yang lebih efisien, di mana MTEL berhasil menjaga efektivitas operasional dengan mencatatkan beban operasional Rp1,6 triliun, turun 5,2 persen dari posisi yang sama tahun lalu senilai Rp1,7 triliun.
Alhasil, perseroan mampu menghasilkan EBITDA senilai Rp7,69 triliun, naik 10,2 persen. Margin EBITDA pun semakin baik dari 80,4 persen pada 2023 menjadi 82,7 persen pada 2024. Sedangkan laba bersih tumbuh 4,8 persen dari Rp2,01 triliun menjadi Rp2,11 triliun.
"Kinerja keuangan yang solid dapat kami capai sesuai harapan berkat kinerja operasional yang juga sangat baik," ujar Direktur Utama MTEL, Theodorus Ardi Hartoko, dalam keterangan resminya, Kamis (27/3/2025).
Pada 2024, MTEL berhasil menambah 1.390 menara sehingga saat ini memiliki 39.404 menara, atau meningkat 3,7 persen dari akhir tahun sebelumnya.
Dengan kepemilikan sebanyak itu, Perseroan terus memantapkan posisinya sebagai Perusahaan Infrastruktur Telekomunikasi terbesar di Asia Tenggara dari sisi jumlah kepemilikan menara.
Di tengah tren konsolidasi, MTEL juga terus mencatatkan kenaikan jumlah kolokasi dari 19.395 pada 2023 menjadi 20.464 tenant pada 2024, atau meningkat 5,5 persen, sehingga jumlah tenant juga bertumbuh 4,3 persen dari 57.409 menjadi 59.868 tenant.
"Peningkatan ini berdampak pada tenancy ratio yang berada di level 1,52x. Kontribusi bisnis di luar Jawa tercermin pada pertumbuhan tenant sebesar lima persen, lebih tinggi dibanding di Jawa yang pertumbuhannya sebesar tiga persen," ujar Theodorus.
Di lain pihak, dalam hal ekspansi fiber optic, MTEL juga terus mengembangkan portofolio di ekosistem menara, yaitu fiber optik untuk
memenuhi kebutuhan operator seluler akan jaringan transport berlatensi rendah seiring dengan perkembangan teknologi 5G.
Hal ini tercermin dari pencapaian Mitratel dalam menambah panjang fiber optic sepanjang 18.518 KM selama tahun 2024, baik secara organik maupun inorganik.
Dengan tambahan ini, total panjang fiber optic billable Mitratel sudah mencapai 51.039 KM pada akhir 2024 atau meningkat 56,9 persen dibanding posisi pada 2023 lalu.
Sebelumnya pada 2 Desember 2024, MTEL juga telah mengakuisisi PT Ultra Mandiri Telekomunikasi (UMT), anak usaha PT PP Infrastruktur dari grup PT PP Tbk (PTPP).
Akuisisi ini berpotensi meningkatkan pangsa pasar dan pendapatan perseroan mengingat UMT memiliki aset fiber optik sepanjang 8.101 KM dengan billable length 12.524 KM.
Theodorus menjelaskan bahwa pencapaian 2024 tidak lepas dari ekspansi Mitratel dalam menambah portofolio aset, terutama di luar
Jawa.
Strategi tersebut sejalan dengan rencana bisnis perusahaan operator seluler yang tengah menggelar ekspansi keluar Jawa, baik untuk memperluas coverage, pangsa pasar hingga meningkatkan kualitas koneksi internet di rural area.
"Di saat yang sama, kami terus mengoptimalkan aset produktif dan memperbanyak penggunaan teknologi digital dalam operasional bisnis," ujar Theodorus.
Strategi ini disebut Theodorus bukan hanya membuat bisnis model semakin efisien, namun juga meningkatkan experience pelanggan karena Perseroan mampu menawarkan produk dan layanan yang relevan dengan kebutuhan mereka.
"Kombinasi antara pertumbuhan pendapatan, optimalisasi aset dan pengelolaan biaya membuat EBITDA Margin kami semakin baik," ujar Theodorus.
Theodorus menjelaskan, MTEL akan terus memperkuat posisinya sebagai mitra strategis operator seluler dalam melakukan efisiensi sekaligus membantu mereka ekspansi ke sejumlah wilayah baru pusat pertumbuhan ekonomi.
"Portofolio menara dan fiber kami tersebar merata di seluruh Indonesia. Jaringan infrastruktur yang kami miliki akan memudahkan para operator seluler untuk memperdalam penetrasi pasar dan mengembangkan bisnis, terutama di area rural," ujar Theodorus.
Konsolidasi di sektor telekomunikasi, menurut Teodhorus, akan memberikan dampak positif terhadap iklim kompetisi, yang pada gilirannya memberikan dampak positif terhadap industri infrastruktur penunjang, termasuk penyewaan menara dan fiber optic.
Dengan persaingan di industri telekomunikasi yang lebih sehat, kinerja keuangan para operator seluler diharapkan akan lebih kuat, sehingga memiliki kapasitas untuk memperluas coverage sekaligus meningkatkan kualitas jaringan.
"Permintaan untuk sewa menara, fiber optic dan layanan penunjang lainnya bakal meningkat sejalan dengan rencana ekspansi, terutama ke wilayah sentra pertumbuhan ekonomi baru di masa mendatang," ujar Theodorus.
Dengan kinerja operasional dan keuangan yang baik dan didukung oleh struktur permodalan yang kuat, di mana Perseroan memiliki balance sheet yang sehat, dengan tingkat leverage relatif rendah dengan rasio Utang terhadap Ekuitas sebesar 0,54x dan Utang terhadap EBITDA sebesar 2,3x, jauh lebih rendah dibanding industri.
(taufan sukma)