Menengok Langsung Bandara ‘Gelap’ di Morowali

25 minutes ago 1

Oleh Stevy Maradona dan Erik Purnama Putra

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Keberadaan bandara khusus milik swasta di lokasi pertambangan di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, jadi sorotan belakangan. Bagaimana awalnya keberadaan bandara itu menjadi polemik.

Republika sempat menyambangi bandara tersebut pada Oktober lalu. Untuk menuju lokasi bandara yang terletak di dalam kawasan industri pertambangan PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) menghabiskan waktu tiga sampai empat jam dari Bandara Morowali. 

Bandara kabupaten itu, seolah ngumpet di dalam sebuah kompleks perumahan yang diapit oleh beberapa kebun kelapa sawit. Tak jauh dari bandara, sudah masuk daerah pantai. Cuacanya panas dan juga berdebu. Sepanjang jalan menuju kawasan PT IMIP, kebun sawit membentang di kiri-kanan. 

Perumahan warga berjarak, terpisah-pisah di tepi jalan. Atap mereka masih ada yang dari seng, dengan dinding dilapisi ubin berwarna cerah. Tiap rumah memiliki halaman yang luas. Sumur air masih terlihat di mana-mana. Beberapa rumah membuka toko kelontong. Ada juga yang buka kedai makan di tepi jalan. 

Yang agak kontras adalah tiap rumah itu memiliki mobil minibus, terlihat relatif baru. Mobil Toyota hingga Mitsubishi seri terbaru nangkring di halaman atau di dalam garasi yang terbuat dari kayu.

Toko-toko ritel modern seperti Indomaret dan Alfamart begitu banyaknya. Di tiap sisi jalan pasti ada. Ada 60 toko di kabupaten itu, yang artinya tiap kecamatan yang dilewati jalan utama provinsi itu punya minimal delapan toko ritel modern.

Sementara di Bahodopi, kecamatan lokasi kawasan industri, kios kecil agen perbankan muncul bak jamur di tepi jalan. Mereka beroperasi di sebuah bangunan kecil, berukuran 2x2 meter, sebuah meja, kipas angin, bangku, serta ponsel. Salah satu agen bank di sana masuk berita daerah karena dua tahun berturut-turut memperoleh hadiah utama berupa mobil, karena jumlah transaksi per bulannya mencapai miliaran rupiah!

Dari bandara hingga lokasi kawasan industri, rumah kontrakan, rumah petak, begitu banyak. Ada yang dalam tahap baru dibangun, ada yang sudah berdiri dan penuh sesak. 

Dari jalur Trans-Sulawesi itu gerbang depan kawasan industri PT IMIP bisa dicapai. Bukan dekat situ bandara yang jadi ramai belakangan. 

Bandara khusus kawasan itu berada tepat setelah gerbang belakang kawasan. Ia terletak sekitar dua hingga tiga kilometer dari jalan utama. Harus melewati pemukiman warga untuk dicapai. Pagar runway bandara itu berdempetan dengan pagar di dekat pintu masuk belakang itu. 

Aspal runwaynya terlihat kusam, tak sebaru Bandara Morowali. Panjang runway kedua bandara itu tak jauh berbeda. 

Menurut basis data Ditjen Perhubungan Udara di Kementerian Perhubungan, “critical aircraft” bandara PT IMIP idealnya untuk pesawat Embraer jenis ERJ-145ER yang berpenumpang 50 orang. Namun, faktanya yang beroperasi Airbus A320 yang berpenumpang 150 sampai 185 penumpang. Pada 2024, Kemenhub mencatat ada 534 pesawat mendarat dan tinggal landas dari bandara itu, membawa sekitar 51 ribu penumpang.

Saat Republika mengunjungi kawasan industri PT IMIP, ada pembangunan gedung baru untuk bandara itu. Pekerja bangunan tampak baru memasang kaca-kaca untuk gedung setinggi empat atau lima lantai itu dan melakukan pengecatan.

Empat hari Republika menginap di dekat bandara tersebut, tak ada satupun pesawat yang datang atau pergi. Tak ada juga yang terparkir di bandara. Namun, cerita dari pihak pengelola kawasan, sejumlah pejabat tinggi dari TNI dan kementerian sempat mendarat beberapa bulan lalu. 

Mengapa kemudian keberadaan bandara itu menjadi sorotan?

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |