Hal tersebut mengingat aturan safeguard atau BMTP akan habis pada November 2024.
Lindungi Industri, ASAKI Minta Pemerintah Perpanjang Kebijakan Safeguard Impor Keramik. Foto: MNC Media.
IDXChannel - Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (ASAKI), Edy Suyanto, meminta pemerintah melanjutkan kembali kebijakan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) atau safeguard, terutama atas produk keramik impor.
Hal tersebut mengingat aturan safeguard atau BMTP akan habis pada November 2024.
"Kami harap BMTP atau safeguard ini dapat dilanjutkan tepat waktu, yang mana akan habis pada bulan November," kata Edy dalam Market Review IDX Channel, Selasa (22/10/2024).
Perpanjangan BMTP dilakukan guna mengimbangi persentase tarif Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) yang dinilai masih di bawah harapan para pengusaha keramik lokal.
Edy mengungkapkan tarif BMAD yang diterapkan masih kalah jauh dengan Amerika Serikat dan Meksiko yang bisa di atas 100 persen.
"BMAD yang diberikan kepada kami sesungguhnya masih di bawah harapan kami. Harapan kami minimal seperti AS atau Meksiko, bahkan sekarang Amerika menerapkan BMAD terhadap India itu 400-800 persen," tutur Edy.
Namun demikian, ASAKI tetap mengapresiasi pemerintah karena masih menerapkan BMAD atas produk keramik impor di angka 35-50 persen.
"Kami meminta atensi pemerintah untuk itu atas BMTP agar diperpanjang pemerintah on time. Kondisi ini supaya bisa mendukung utilisasi industri keramik dan penyerapan tenaga kerja,” kata Edy.
Sebelumnya, ASAKI menyambut baik dua aturan pemerintah yang mengatur impor keramik di Indonesia. Kedua aturan tersebut yakni aturan wajib Standar Nasional Indonesia (SNI) bagi 16 produk industri, termasuk ubin keramik, dan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 70 Tahun 2024 tentang Pengenaan Bea Masuk Anti Dumping Terhadap Impor Produk Ubin Keramik dari Republik Rakyat China.
Edy mengatakan selama kuartal I-2024, industri keramik Indonesia mengalami penurunan dikarenakan serbuan barang impor dan menurunnya daya beli masyarakat.
Dia menyebutkan kondisi tersebut berimbas pada utilitas industri keramik lokal yang menurun hingga di bawah 60 persen.
"Namun, kami sedikit bersyukur pada kuartal III 2024 ini, mulai pelan-pelan ada peningkatan utilitas. Jadi mulai Januari sampai September, catatan kami sekarang berada di posisi 64 persen,” kata Edy.