Saham Emiten Migas Menguat, Dua Nama Ini Dinilai Menarik

7 hours ago 3

Sejumlah saham emiten minyak dan gas (migas) menguat pada perdagangan Jumat (9/5/2025), seiring dengan rebound harga komoditas energi acuan.

 Freepik)

Saham Emiten Migas Menguat, Dua Nama Ini Dinilai Menarik. (Foto: Freepik)

IDXChannel – Sejumlah saham emiten minyak dan gas (migas) menguat pada perdagangan Jumat (9/5/2025), seiring dengan rebound harga komoditas energi acuan.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 10.38 WIB, saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) meningkat 4,23 persen, PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) terkerek 2,02 persen, PT Elnusa Tbk (ELSA) tumbuh 1,26 pesen, dan PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) mendaki 1,21 persen.

Pergerakan harga minyak dan saham-saham terkait energi masih menjadi sorotan investor. Menurut pengamat pasar modal Michael Yeoh, arah harga minyak saat ini menunjukkan tanda-tanda pembalikan arah (reversal), tetapi tetap dibayangi sejumlah tantangan fundamental.

"Harga minyak mentah memang sedikit naik dan terlihat berusaha reversal, dari titik 63," kata Michael, Jumat (9/5/2025).

Ia menilai, meskipun ada potensi teknikal, ruang kenaikan masih terbatas. "Pola kenaikan ini bersifat terbatas," tutur Michael.

Menurut dia, salah satu faktor penekan berasal dari organisasi produsen minyak global. "Outlook dari OPEC juga akan menaikkan produksi, sehingga ini merupakan hal yang kurang positif untuk harga minyak mentah," ujarnya.

Ia menambahkan, "Beberapa analis memproyeksikan harga minyak tahun ini yang stabil antara 60–68."

Dari sisi saham sektor energi, Michael melihat adanya minat akumulasi yang cukup kuat. "Saham migas memiliki akumulasi yang lumayan baik," katanya.

Ia menyoroti secara khusus AKRA. "Terutama dari AKRA yang sebenarnya tidak memiliki pengaruh langsung dengan harga minyak mentah karena sifat bisnis yang hanya melakukan distribusi," ujar Michael.

Secara teknikal, saham AKRA menunjukkan potensi menembus resistance penting. "AKRA terlihat berusaha menembus angka resistance 1330, dengan potensi kenaikan di 1.500," katanya.

Ia juga mencatat level penting untuk mengantisipasi koreksi. "Area support di 1.200," ucapnya.

Sementara itu, MEDC menunjukkan pola yang menarik bagi pelaku teknikal. "MEDC memiliki pola inverted head and shoulders dengan neckline yang harus divalidasi di angka 1.130," ujar Michael.

Target penguatan MEDC pun disebut mencapai 1.300, dengan support di angka 1050–1000.

Harga Minyak Menguat

Harga minyak melonjak pada Kamis (8/5/2025) seiring sentimen positif dari kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Inggris.

Kesepakatan tersebut mencakup penurunan tarif impor mobil buatan Inggris ke AS serta pembebasan sejumlah komoditas dari tarif umum sebesar 10 persen.

Kontrak berjangka (futures) minyak West Texas Intermediate (WTI) ditutup naik 3,2 persen menjadi USD59,91 per barel, sementara Brent menguat 2,8 persen ke USD62,84 per barel.

“Minyak mentah dan pasar secara keseluruhan jelas melihat kesepakatan pertama pemerintahan ini sebagai peluang pertumbuhan permintaan,” kata Kepala Strategi Energi Mizuho, Robert Yawger, dalam catatan yang dikutip Dow Jones Newswires.

Yawger menambahkan, penguatan harga bensin dan meningkatnya margin kilang juga mendukung kenaikan harga minyak mentah.

“Bensin yang lebih kuat daripada minyak mentah adalah sinyal fundamental yang sehat, dan menopang permintaan kilang terhadap minyak mentah sebagai bahan baku produk minyak bumi,” katanya.

Kenaikan harga juga terjadi menjelang pertemuan antara Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan pejabat China di Swiss akhir pekan ini untuk membahas penyelesaian perang tarif yang hampir membekukan seluruh perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia.

“Pelaku pasar terus memantau pembicaraan dagang AS-China akhir pekan ini, seiring semakin dekatnya kesepakatan antara AS dan Inggris,” ujar Saxo Bank.

Namun, potensi kenaikan harga masih tertahan oleh meningkatnya pasokan. OPEC+ dijadwalkan menambah pasokan minyak tahap kedua sebesar 411.000 barel per hari pada Juni, sementara produksi dari negara di luar kartel tersebut juga terus meningkat.

Dalam laporan Short-Term Energy Outlook yang dirilis Selasa lalu, Badan Informasi Energi AS (EIA) memperkirakan, persediaan global sudah mulai meningkat, rata-rata 0,3 juta barel per hari dalam empat bulan pertama 2025 dan naik menjadi 0,7 juta barel per hari pada kuartal keempat. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |