Wacana penerbitan mata uang bersama oleh kelompok BRICS semakin mencuat dalam beberapa waktu terakhir. Akankah topik itu dibahas pada KTT di Rusia kali ini?
Wacana pembentukan mata uang bersama BRICS mencuat di tengah langkah-langkah de-dolarisasi kelompok itu (ilustrasi). (Foto: Arsip)
IDXChannel – Wacana penerbitan mata uang bersama oleh kelompok BRICS semakin mencuat dalam beberapa waktu terakhir. Sejumlah kalangan pun menduga-duga isu tersebut bakal menjadi salah satu topik pembahasan dalam KTT BRICS yang mulai digelar di Kazan, Rusia, hari ini.
Akan tetapi, rumor itu ditepis oleh Brasil, anggota sekaligus salah satu pendiri kelompok tersebut. Sekretaris Asia dan Pasifik di Kementerian Luar Negeri Brasil, Eduardo Paes Saboia mengatakan, BRICS tidak membahas pembentukan mata uang bersama dalam KTT kali ini. Menurut dia, topik yang sedang dinegosiasikan masih menyangkut seputar platform pembayaran dan penggunaan mata uang nasional dalam transaksi sesama anggota.
“Tidak ada yang namanya diskusi tentng ‘mata uang BRICS’. Ada berbagai tingkatan diskusi teknis tentang platform pembayaran, penggunaan mata uang nasional. Isu-isu ini sedang dibahas di tingkat kementerian keuangan dan bank sentral,” ujar Saboia kepada kantor berita Sputnik, Selasa (22/10/2024).
Diplomat itu menuturkan, berbagai isu seputar masalah keuangan kemungkinan akan menjadi salah satu prioritas kepemimpinan Brasil di BRICS pada periode berikutnya. Tahun ini, kepemimpinan kelompok itu dipegang oleh Rusia.
Para ahli dalam diskusi yang digelar lembaga think tank China, Beijing Club for International Dialogue, bulan lalu, menganggap bahwa gagasan pembentukan mata uang bersama BRICS saat ini masih jauh dari kata mungkin. Namun, mereka melihat BRICS sudah sepakat untuk melanjutkan proses de-dolarisasi.
Sementara Kepala Kelompok Kerja Layanan Keuangan Dewan Bisnis BRICS, Andrey Mikhailishin mengatakan, KTT di Kazan pekan ini mungkin akan mengumumkan beberapa langkah baru untuk menciptakan sistem keuangan internasional yang inklusif. Hal itu dia ungkapkan dalam sebuah wawancara dengan kantor berita TASS, bulan lalu.