Selepas lulus SD, Eka Tjipa Widjaja mulai membantu orang tuanya berjualan. Dia berkeliling dengan sepeda menjajakan barang ke rumah-rumah konsumen.
Kisah Sukses Eka Tjipta Widjaja, dari Dagang Keliling hingga Dirikan Sinar Mas. (Foto: Sinar Mas)
IDXChannel—Kisah sukses Eka Tjipta Widjaja, pendiri Sinar Mas Group, dapat dijadikan inspirasi. Eka Tjipta mulai membantu kedua orang tuanya menjalankan bisnis sejak remaja.
Eka Tjipta Widjaja datang ke Makassar pada 1938 menyusul ayahnya yang terlebih dahulu sampai di Indonesia. Dia dan keluarganya datang dari Quanzhou, China, dan hidup dengan kondisi yang serba kekurangan.
Melansir laman resmi Sinar Mas (23/10), Eka dan sang ibu berlayar selama tujuh hari tujuh malam menuju Indonesia. Keduanya bermalam di bawah kelas dek, lantaran tidak mampu membeli kelas penumpang yang lebih baik.
Untuk berangkat ke Indonesia pun, Eka dan ibunya berutang pada rentenir senilai 150 dolar (mata uang saat itu). Rumahnya di Makassar adalah bangunan yang terbuat dari bambu dan beratap rumbia.
Sang ayah membuka toko sederhana untuk usaha kecil-kecilan agar keluarganya bertahan hidup. Selepas lulus SD, Eka Tjipa Widjaja mulai membantu orang tuanya berjualan. Dia berkeliling dengan sepeda menjajakan barang ke rumah-rumah konsumen.
Saat itu, barang yang dijualnya adalah permen, biskuit, dan beragam barang dagangan dari toko ayahnya. Berkat keuletannya membantu berjualan ini, Eka berhasil mengumpulkan tabungan untuk merenovasi rumah orang tuanya.
Bahkan Eka kecil juga berhasil mengumpulkan uang untuk membeli becak yang kemudian dia gunakan untuk membawa barang dagangannya. Eka sendiri mulai berwirausaha pada 1938, ketika usianya masih belasan tahun.
Namun bisnisnya itu hancur setelah Jepang menduduki Indonesia dan mulai memasuki Makassar. Tentu Eka tidak menyerah, dia beralih berdagang barang kebutuhan pokok yang dibuang tentara Jepang saat menyerah.
Setelahnya, Eka mulai melakoni bisnis dengan skala yang lebih besar seperti perdagangana kopra, kelapa sakit, dan kertas. Dia bahkan rela pergi ke sejumlah daerah untuk mencari sentra-sentra kopra demi harga yang lebih murah.
Namun lagi-lagi, dia kembali gagal berbisnis, kali ini pada perdagangan kopra. Karena saat itu Jepang sempat memberlakukan monopoli pasar perdagangan minyak kelapa melalui Mitsubishi.
Lagi-lagi Eka tidak menyerah meskipun merugi. Dia kembali mencoba bisnis-bisnis lain, hingga akhirnya dia mendirikan CV Sinar Mas di Surabaya, Eka pindah ke kota tersebut ketika usianya menginjak 37 tahun.
Pendirian CV Sinar Mas kemudian disusul dengan pembangunan pabrik minyak goreng Bitung Manado Oil Ltd (Bimoli) pada 1968, yang kemudian berlanjut dengan ekspansi ke bidang developer dan real estate melalui PT Duta Pertiwi dan pabrik Tjiwi Kimia.
Ekspansi terus dia lakukan, hingga Sinar Mas sukses membangun diversifikasi bisnis di beragam bidang. Tercatat sampai 2020, konglomerat ini memiliki tujuh lini bisnis, yakni:
- Pulp dan kertas
- Agribisnis dan pangan
- Layanan keuangan
- Real estate dan developer
- Energi dan infrastruktur, dan
- Layanan kesehatan
Pada bidang agribisnis, Eka membeli puluhan ribu hektare lahan perkebunan sawit dan teh. Pada sektor energi, Eka mendirikan PT Dian Swastika Sentosa Tbk (DSSA). Pada sektor real estate, Eka mendirikan Sinar Mas Land.
Dia juga membeli Bank Internasional Indonesia (BII) dan mendirikan PT Smart Telecom, salah satu provider seluler di Indonesia. Lini bisnis yang bervariasi ini bermula dari tekadnya yang kuat untuk bertahan.
Pada 2018, majalah Globe Asia pernah mencatatkan namanya sebagai orang terkaya di Indonesia urutan kedua dengan harta kekayaan senilai USD13,9 miliar.
Itulah kisah sukses Eka Tjipta Widjaja.
(Nadya Kurnia)