Saham-saham emiten produsen emas menguat pada perdagangan Selasa (29/4/2025), mengikuti kenaikan harga logam mulia acuan di pasar global.
Intip Gerak Saham BRMS-HRTA Cs saat Harga Emas Rebound. (Foto: Freepik)
IDXChannel – Saham-saham emiten produsen emas menguat pada perdagangan Selasa (29/4/2025), mengikuti kenaikan harga logam mulia acuan di pasar global.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 10.26 WIB, saham PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) melejit 8,15 persen, PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) mendaki 4,03 persen, PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) 3,8 persen.
Kemudian, saham PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) terapresiasi 2,70 persen, PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) 2,91 persen, dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) 1,41 persen.
Harga emas dunia berbalik naik pada Senin (28/4/2025) setelah aksi borong (bargain hunting) mulai muncul, sementara perhatian pasar tetap tertuju pada perkembangan hubungan dagang Amerika Serikat (AS)-China serta rilis sejumlah data ekonomi.
Harga emas spot (XAU/USD) ditutup naik 0,74 persen ke posisi USD3.343,87 per troy ons pada Senin, setelah sempat anjlok hingga 1,8 persen di awal sesi. Sementara itu, kontrak berjangka emas Amerika Serikat (AS) ditutup menguat 1,5 persen di USD3.347,7.
"Kami mulai melihat tanda-tanda awal kelelahan jual," ujar ahli strategi komoditas di TD Securities, Daniel Ghali, seraya menambahkan, risiko penurunan harga emas saat ini sangat terbatas.
Menurutnya, para investor Barat, khususnya trader discretionary atau dana makro, belum banyak masuk dalam reli emas belakangan ini. "Akibatnya, aktivitas jual terbatas dan harga emas perlahan bergerak naik untuk mencerminkan kondisi tersebut," kata Ghali.
Sebagai aset lindung nilai tradisional terhadap ketidakpastian politik dan keuangan, harga emas sempat menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa di USD3.500,20 per troy ons pekan lalu seiring meningkatnya ketidakpastian global.
Presiden AS Donald Trump menyatakan telah terjadi kemajuan dalam pembicaraan dagang dengan China. Namun, Beijing membantah adanya negosiasi yang berlangsung, dan Menteri Keuangan AS Scott Bessent pada Minggu lalu juga tidak mendukung klaim Trump tersebut.
"Hingga kita melihat pola jelas berupa penurunan level tertinggi dan terendah, serta tercapainya kesepakatan dagang yang konkret, prospek harga emas mencetak rekor baru tidak bisa diabaikan," kata analis pasar di City Index dan FOREX.com, Fawad Razaqzada.
Di tengah reli emas yang kuat sepanjang tahun ini, para analis kini memperdebatkan apakah rekor harga pekan lalu menandai puncak kenaikan.
"Premium risiko saat ini mulai mengempis, dan kecuali ketegangan meningkat kembali, kami tetap pada pandangan bahwa puncak telah tercapai," kata analis StoneX, Rhona O'Connell, dikutip Dow Jones Newswires.
Meski harga emas mungkin tidak sepenuhnya kembali ke rekor lebih dari USD3.400 per troy ons, O'Connell memperkirakan harga masih bertahan di level yang historis tinggi.
Sementara itu, mayoritas ekonom dalam jajak pendapat Reuters memperkirakan risiko resesi global tahun ini cukup tinggi.
Sejumlah data ekonomi penting yang dinanti pekan ini antara lain laporan lowongan kerja AS pada Selasa, data Personal Consumption Expenditures (PCE) pada Rabu, serta laporan nonfarm payrolls (NFP) pada Jumat. Pelaku pasar akan mencermati data tersebut untuk menilai dampak tarif terbaru terhadap perekonomian AS. (Aldo Fernando)