Ini Dia Orang yang Bisa 'Paksa' Trump Tunda Tarif Tinggi 90 Hari

4 days ago 5

Jakarta -

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menunda pengenaan tarif tinggi selama 90 hari kepada puluhan negara. Penundaan tarif ini tidak terlepas dari sosok Menteri Keuangan AS Scott Bessent.

Mengutip Reuters, Bessent berperan jauh dalam pengambilan keputusan penundaan tarif yang diumumkan Trump. Pasalnya, keputusan Trump dinilai Bessent akan mengganggu perdagangan di pasar keuangan.

Namun begitu, masukkan yang kerap diberikan Bessent seringkali bertentangan dengan keputusan Trump dan para pemimpin bisnis di AS. Bahkan usai Trump mengumumkan adanya penundaan tarif, Bessent mengatakan Trump hendak menciptakan daya tawar bagi dirinya sendiri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Presiden Trump menciptakan daya tawar yang maksimal untuk dirinya sendiri. Ini adalah strateginya selama ini," kata Bessent dikutip dari Reuters, Jumat (11/4/2025).

Untuk diketahui, Bessent adalah seorang yang dipandang memiliki pola pikir yang dewasa dan tepat menjadi Menteri Keuangan memberikan nasihat terbaik kepada Trump di antara tim penasihat perdagangan yang mencakup pejabat tinggi bea masuk Peter Navarro dan Menteri Perdagangan Howard Lutnick.

"Presiden adalah orang yang pada akhirnya mengubah strateginya," kata Stephen Moore, penasihat Trump dan ekonom lama di Heritage Foundation, sebuah lembaga pemikir konservatif. "Namun, saya pikir Scott-lah yang selalu berusaha melawan kaum proteksionis di Gedung Putih, yang selalu menekan Trump untuk memberlakukan tarif besar."

Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan, Bessent mendukung pungutan yang lebih rendah sementara Navarro mendukung pungutan yang lebih tinggi, kendati akhirnya tim penasihat perdagangan mendukung keputusan yang diumumkan Trump pada tanggal 2 April di Rose Garden.

Rencana tarif timbal balik multi-negara tersebut telah menggerus triliunan dolar dari pasar saham global dan memicu kekhawatiran akan terjadinya resesi. Pasar saham melonjak tinggi pada hari Rabu setelah penangguhan tersebut, dengan S&P 500 membukukan kenaikan harian terbesar sejak 2008.

Namun, penundaan tarif tinggi tersebut tidak berlaku buat China. Trump justru menaikkan tarif impor produk China, dari sebelumnya 125% menjadi 145%.

(hns/hns)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |