Harga Minyak Merosot, Kekhawatiran Tarif Menekan Pasar

1 month ago 30

Harga minyak turun lebih dari 2 persen akibat kekhawatiran tarif AS, spekulasi pencabutan sanksi Rusia, prospek peningkatan pasokan dan lemahnya permintaan.

 Freepik)

Harga Minyak Merosot, Kekhawatiran Tarif Menekan Pasar. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Harga minyak mentah turun ke level terendah dalam lebih dari dua bulan pada Selasa (26/1/2025).

Penurunan ini seiring prospek peningkatan pasokan dan pelemahan permintaan akibat kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) yang sulit diprediksi, serta turunnya kepercayaan konsumen.

Data pasar menunjukkan, kontrak berjangka (futures) Brent merosot 2,38 persen ke level USD72,68 per barel, sedangkan WTI turun tajam 2,65 persen menjadi USD69,04 per barel--level terendah sejak 10 Desember.

Pada Senin, harga minyak sempat naik setelah AS memberlakukan sanksi baru terhadap ekspor minyak Iran.

Namun, spekulasi bahwa Presiden AS Donald Trump dapat mencabut sanksi terhadap Rusia—setelah tiba-tiba mengalihkan dukungannya ke negara itu dalam perang di Ukraina—menekan harga.

“Trump memang memiliki wewenang untuk mencabut sanksi AS yang diberlakukan melalui perintah eksekutif. Namun, ia tidak bisa memaksa Eropa mencabut sanksi mereka, terutama dengan semakin lebarnya perbedaan sikap terkait dukungan terhadap Ukraina,” ujar Kepala Strategi Komoditas Global dan Riset MENA di RBC Capital Markets, Helima Croft.

Pada Senin, Trump menegaskan tetap memberlakukan tarif 10 persen untuk impor energi dari Kanada serta bea masuk 25 persen atas barang dari Kanada dan Meksiko, dua mitra dagang terbesar AS.

Kebijakan ini, ditambah tarif 10 persen yang telah diterapkan pada impor dari China, diperkirakan memperlambat pertumbuhan global dan menekan permintaan.

Penurunan harga minyak juga diperburuk oleh merosotnya kepercayaan konsumen AS. The Conference Board melaporkan bahwa indeks kepercayaan konsumen Februari turun menjadi 98,3 dari 105,3 pada Januari—terendah sejak Agustus 2021 dan jauh di bawah perkiraan konsensus sebesar 103, menurut FactSet.

“Secara teknikal, jika pelemahan terus berlanjut, harga bisa cepat turun ke kisaran USD60,” kata analis Spartan Capital, Peter Cardillo.

Kekhawatiran terhadap dampak tarif juga membebani kepercayaan konsumen, yang mencatat penurunan terdalam dalam lebih dari tiga tahun.

“Ini menjadi sinyal negatif bagi belanja konsumen ke depan. Data ini juga tidak cukup kuat untuk menunjukkan bahwa ekonomi akan bertahan, terutama jika Trump benar-benar menerapkan tarif tersebut,” tutur Cardillo.

Pasar kini mencermati potensi peningkatan pasokan minyak, seiring rencana OPEC+ untuk mengembalikan 2,2 juta barel per hari dari pemotongan produksinya dalam 18 tahap bulanan mulai April.

Tambahan pasokan dari kartel ini terjadi di tengah meningkatnya produksi di belahan bumi Barat, sementara pertumbuhan permintaan masih lemah.

Badan Energi Internasional (IEA) sebelumnya memperkirakan permintaan minyak di 2025 hanya naik 1,1 juta barel per hari, lebih rendah dari tambahan produksi sebesar 1,6 juta barel per hari yang berasal dari Kanada, AS, dan Amerika Selatan. (Aldo Fernando)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |