Harga emas dunia melemah pada perdagangan Rabu (23/10/2024), turun dari rekor tertingginya.
Harga Emas Terimbas Profit Taking usai Rajin Cetak Rekor Baru. (Foto: Freepik)
IDXChannel – Harga emas dunia melemah pada perdagangan Rabu (23/10/2024), turun dari rekor tertingginya setelah dolar Amerika Serikat (AS) naik ke level tertinggi hampir tiga bulan dan imbal hasil (yield) obligasi meningkat.
Menurut data pasar, emas spot (XAU/USD) ditutup terkoreksi 1,21 persen ke level USD2.715,59 per troy ons, setelah beberapa kali menyentuh level tertinggi sepanjang masa (all-time high/ATH) sejak pekan lalu hingga Selasa (22/10). Hal tersebut membuat trader melakukan aksi ambil untung (profit taking).
Investor beralih ke emas sebagai aset aman menjelang pemilihan umum (pemilu) AS pada 5 November dan kekhawatiran yang terus berlanjut mengenai meningkatnya kekerasan di Timur Tengah.
Ekspektasi bahwa suku bunga AS akan terus turun juga mendukung harga emas, membuat analis meningkatkan proyeksi mereka untuk logam mulia ini.
“Pemotongan suku bunga utama, pembelian bank sentral, dan ketidakpastian global telah mendorong harga emas naik lebih dari 26 persen sejak awal tahun,” kata Desjardins Economic Studies pada Selasa, dikutip MT Newswires.
“Ketegangan di Timur Tengah telah mencapai puncaknya baru-baru ini, dengan Israel mempertimbangkan serangan udara ke Iran, yang semakin mendongkrak harga emas.”
Pelemahan harga emas juga terjadi seiring data terbaru menunjukkan penurunan pasar perumahan AS lebih kecil dari perkiraan pada September.
Penjualan rumah, termasuk rumah keluarga tunggal, townhomes, kondominium, dan co-op, turun 1,0 persen menjadi laju tahunan yang disesuaikan secara musiman sebesar 3,84 juta unit di bulan September, menurut laporan National Association of Realtors (NAR) pada Rabu.
Data ini lebih baik dari perkiraan konsensus ekonom, yang memperkirakan penurunan 1,3 persen menjadi 3,80 juta.
Total penjualan bulan Agustus direvisi naik menjadi 3,88 juta dari laporan awal sebesar 3,86 juta unit. Secara tahunan, penjualan turun 3,5 persen dibandingkan September 2023.
Secara umum, pasar keuangan AS alias Wall Street mengalami aksi jual besar-besaran pada Rabu, karena keraguan terhadap pemotongan suku bunga di masa depan mulai muncul di benak investor.
Mereka memilih untuk mengurangi eksposur pasar menjelang volatilitas yang diperkirakan akan meningkat seiring mendekatnya pemilu AS pada November.
Kenaikan imbal hasil obligasi dan lonjakan Indeks Dolar AS (DXY) juga turut menekan aset berisiko, karena investor beralih ke instrumen yang menawarkan pendapatan lebih stabil.
“Di sisi makroekonomi, imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun naik menjadi 4,25 persen, level tertinggi yang terakhir terlihat pada Juli, didorong oleh indikator ekonomi yang kuat dan kekhawatiran terhadap defisit nasional,” ujar analis di Secure Digital Markets.
“Di saat yang sama, Indeks Dolar AS melonjak ke level tertinggi dalam setahun, memberikan tekanan lebih lanjut pada aset berisiko, termasuk mata uang kripto,” katanya.
“Situasi politik juga memengaruhi sentimen pasar. Keberhasilan elektoral terbaru Donald Trump dipandang positif oleh para pedagang, karena dukungannya terhadap peran AS sebagai pemimpin utama di sektor kripto,” tutur mereka.
“Sebaliknya, Kamala Harris lebih berhati-hati, fokus pada regulasi perlindungan konsumen tanpa komitmen yang sama untuk mempromosikan industri ini.”
Indeks dolar AS ICE naik 0,45 poin menjadi 104,53, level tertinggi sejak 29 Juli.
Imbal hasil obligasi juga meningkat, dengan surat utang AS tenor dua tahun terakhir tercatat membayar 4,091 persen, naik 4,8 basis poin, sementara imbal hasil obligasi 10 tahun menguat 4,1 basis poin menjadi 4,255 persen. (Aldo Fernando)