Harga Emas Ngacir, Tanda Ekonomi RI Gemetar?

1 day ago 5

Jakarta -

Harga emas mulia keluaran Antam tercatat masih sangat tinggi di level Rp 1.896.000 per gram pada perdagangan hari ini. Namun biasanya tingginya harga emas berkaitan dengan prediksi kondisi ekonomi nasional ke depan.

Sebab ketika muncul spekulasi seperti ketidakpastian ekonomi, resesi, atau krisis keuangan dapat meningkatkan permintaan emas sebagai aset aman alias save heaven. Kenaikan permintaan inilah yang kemudian secara langsung meningkatkan harga logam mulia tersebut.

Berdasarkan data situs logam mulia Antam, pada Kamis (10/4) lalu harga emas sempat naik Rp 34.000 per gram ke level 1.846.000 per gram. Kemudian Jumat (11/4), harga emas naik Rp 43.000 per gram ke level 1.889.000 per gram.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bahkan hingga Sabtu (12/4), harga logam mulia ini kembali naik Rp 15.000 per gram ke level Rp 1.904.000 per gram. Walau pada hari Senin (14/4) ini harga emas tercatat turun Rp 8.000 per gram jadi Rp 1.896.000 per gram. Namun secara keseluruhan harga emas Antam dalam sebulan terakhir hingga per hari ini tercatat naik hingga Rp 157.000 per gram.

Jika melihat sejak pengumuman tarif Trump pada Rabu (2/4) kemarin hingga hari ini, harga LM Antam tercatat sudah naik hingga Rp 77.000 per gram.

Pengamat pasar modal sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan kenaikan harga emas yang terjadi selama akhir pekan kemarin tak lepas dari perkiraan masyarakat dan investor atas ketidakpastian ekonomi global imbas kebijakan tarif resiprokal Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Di mana menurutnya ketidakpastian global ini diprediksi sedikit banyak akan memberi dampak buruk terhadap kondisi ekonomi RI saat ini. Sehingga banyak masyarakat kemudian berbondong-bondong membeli emas untuk mengamankan nilai aset mereka.

"Ini kan imbas dari geopolitik yang memanas, perang dagang, penurunan suku bunga akibat inflasi rendah. Ya sehingga harga emas itu naik," kata Ibrahim kepada detikcom, Senin (14/4/2025).

"Pembelian terhadap logam mulia Itu mengindikasikan bahwa ada ketakutan bagi masyarakat seandainya terjadi perang dagang yang terus berlarut-larut, kemudian geopolitik yang terus memanas, ini yang membuat harga emas akan tinggi," jelasnya lagi.

Meski begitu, ia mengatakan tingginya harga logam mulia dan peningkatan minat masyarakat membeli emas bisa menjadi peluang bagus bagi pemerintah. Terlebih mengingat saat ini Indonesia sudah memiliki bank emas alias bullion bank.

Karena melalui pembentukan bullion bank ini, pemerintah dapat menghimpun dana dalam bentuk aset emas yang kemudian dapat digunakan untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam negeri.

"Ini adalah salah satu kesempatan bagi pemerintah. Karena pemerintah sendiri sudah membangun bullion bank, yang tepat sasaran. Sehingga saat kondisi masalah geopolitik terus memanas, kemudian harga emas tinggi, masyarakat berbondong-bondong mengantre untuk melakukan pembelian baik secara fisik maupun secara online," terangnya lagi.

Senada dengan itu, perencana keuangan Andy Nugroho juga mengatakan tingginya harga emas saat ini tidak lepas dari imbas tensi geopolitik yang kian memanas hingga efek perang dagang Trump.

"Harga emas yang tinggi lebih disebabkan karena kondisi geopolitik global semakin tidak menentu. Konflik dan peperangan di berbagai wilayah makin meluas dan tidak ada tanda-tanda akan segera berhenti, ditambah perang dagang antara AS dan banyak negara lain," terangnya.

Meski tingginya harga emas ini tidak langsung mengarah pada pelemahan kondisi ekonomi RI, namun ketidakpastian ekonomi global dirasa sedikit banyak akan mempengaruhi ekonomi dalam negeri. Sehingga banyak investor cenderung untuk mengamankan aset mereka dalam bentuk emas.

"Para investor cenderung untuk wait and see, dan memilih untuk mencairkan dana mereka yang berada di investasi beresiko tinggi dan mencari 'safe haven' seperti logam mulia seperti emas. Maka harga emas pun menjadi melonjak tinggi karena permintaannya yang meningkat," papar Andy lagi.

(igo/fdl)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |