Penurunan ini terjadi di tengah penurunan tajam sentimen konsumen yang pada April turun 32 persen ke level terendah sejak resesi 1990
Ekonomi AS Melambat di Kuartal I-2025, Kontraksi Pertama Sejak 2022 (FOTO:iNews Media Group
IDXChannel - Ekonomi AS melembat 0,3 persen pada kuartal I-2025. Kontraksi tersebut yang pertama sejak awal 2022 dan menempatkan AS di ambang resesi dengan pertumbuhan negatif selama dua kuartal.
Penurunan ini terjadi di tengah penurunan tajam sentimen konsumen yang pada April turun 32 persen ke level terendah sejak resesi 1990.
Dikutip dalam laman TheGuardian Kamis (1/5/2025), pertumbuhan ekonomi AS melambat drastis karena Donald Trump berupaya meluncurkan strategi perdagangan yang agresif, dengan mengklaim bahwa tarif yang besar terhadap seluruh dunia akan memperkuat ekonomi Amerika.
Produk domestik bruto (PDB), ukuran utama pertumbuhan ekonomi AS secara keseluruhan, turun sebesar 0,3 persen pada kuartal pertama tahun ini, atau turun dari 2,4 persen pada kuartal IV-2024.
Penurunan aktivitas terjadi di tengah penurunan tajam sentimen konsumen, yang pada bulan April turun 32 persen ke level terendah sejak resesi 1990.
Trump menghabiskan sebagian besar kuartal pertama dengan mengancam, dan secara singkat menerapkan tarif yang besar terhadap Kanada dan Meksiko dan menargetkan China dengan bea masuk yang lebih tinggi atas ekspornya.
Beberapa hari memasuki kuartal kedua, Trump memerintahkan tarif yang lebih tinggi lagi untuk barang-barang dari sebagia dunia sebelum mencabut tarif pada semua negara kecuali China.
Saat ini, Trump mengenakan tarif universal sebesar 10 persen untuk barang-barang impor dari sebagian dunia bersamaan dengan tarif sebesar 145 persen untuk impor dari China.
Meski demikian, dia menawarkan sedikit keringanan kepada produsen mobil AS, yang menghadapi tarif 25 persen pada semua impor mobil. Minggu lalu, saham-saham AS menguat karena berita Trump yang mengatakan tarif terhadap China sudah memiliki pengecualian untuk beberapa barang elektronik saat Gedung Putih menegosiasikan kesepakatan dengan China meski Trump menyebut tarif tersebut tidak akan dihapuskan sepenuhnya.
Sebelumnya, China telah mengenakan tarif 125 persen pada barang-barang Amerika sebagai balasan atas tarif Trump. Sementara Gedung Putih mengatakan dalam beberapa minggu terakhir tarif Trump dimaksudkan sebagai taktik balasan dendam para pemimpin di seluruh dunia jika Trump terus mencoba mengintimidasi mereka ke dalam negosiasi.
"Jika seseorang memilih untuk tetap diam, berkompromi, dan takut, itu hanya akan membuat si pengganggu semakin ingin menguji peruntungannya," kata Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, pada hari Senin.
Trump peka terhadap kritik atas tarifnya dan dampaknya terhadap ekonomi. Sebab sebelumnya, pada bulan lalu, Trump mengancam akan mencopot Jerome Powell dari perannya sebagai ketua Federal Reserve AS setelah Powell mengatakan bahwa tarif Trump dapat menyebabkan kenaikan harga permanen.
Setelah pasar jatuh, Trump akhirnya mengalah, mengatakan kepada wartawan bahwa dia "tidak berniat" memecat Powell.
(kunthi fahmar sandy)