Membengkaknya jumlah anggota kabinet Presiden Prabowo Subianto terus menuai sorotan pakar. Ekonom Senior Indef, Fadhil Hasan, menilai kabinet itu supergemuk.
Presiden dan para menteri Kabinet Merah Putih berfoto bersama di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (21/10/2024). (Foto: Setneg)
IDXChannel – Membengkaknya jumlah anggota kabinet bentukan Presiden Prabowo Subianto terus menuai sorotan pakar. Ekonom Senior Indef, Fadhil Hasan, menilai dewan pemerintahan itu terlalu gemuk.
Dia mengatakan, kabinet yang supergemuk bukannya mempercepat langkah Prabowo untuk mewujudkan mimpinya. Hal itu justru bisa menjadi penghambat karena gerakannya sudah pasti akan lamban.
“Risiko dari kabinet supergemuk bisa dikatakan bahwa dalam 1-2 tahun ke depan, selain soal inefisiensi, maka gerakannya sudah pasti lamban. Padahal Prabowo ingin suatu gerakan yang cepat, dalam pelaksaan berbagai program dan visinya,” kata Fadhil dalam acara diskusi publik Indef, Selasa (22/10/2024).
Dia menuturkan, permasalahan lain kabinet semacam itu adalah soal koordinasi. Pasalnya, jika belajar dari presiden-presiden sebelumnya, koordinasi adalah persoalan pokok dalam menjalankan berbagai kebijakan dan program.
Dengan kabinet supergemuk, ditambah kehadiran berbagai menteri koordinator dan badan baru, koordinasi kemungkinan besar menjadi sulit. Selain itu, bisa dipastikan akan timbul pula masalah mengenai kewenangan. Sebagai contoh, menteri koordinator (menko) urusan pangan akan tumpang tindih dengan Kementerian Koordinator (Kemenko) Perekonomian mengenai hal-hal yang berkaitan pangan.
“Siapa bertanggung jawab, dan satu dengan lainnya timbul overlapping (tumpang tindih wewenang)?” ujarnya.