Bursa saham Asia cenderung turun di awal perdagangan Selasa (22/10/2024), mengikuti pelemahan di Wall Street Amerika Serikat (AS).
Bursa Asia Melemah, Tersengat Koreksi di Wall Street. (Foto: Reuters)
IDXChannel – Bursa saham Asia cenderung turun di awal perdagangan Selasa (22/10/2024), mengikuti pelemahan di Wall Street Amerika Serikat (AS).
Menurut data pasar, pukul 09.12 WIB, Indeks Nikkei 225 Jepang merosot 1,28 persen, menyentuh titik terendah sejak awal Oktober. Indeks saham Asia-Pasifik di luar Jepang, MSCI, turun 0,8 persen.
Indeks KOSPI Korea Selatan juga terkoreksi, yakni sebesar 1,12 persen, sedangkan Straits Times Singapura terdepresiasi 0,09 persen.
Lebih lanjut, indeks S&P/ASX 200 Australia turun lebih dari 1,38 persen pada Selasa pagi. Saham perusahaan ritel independen Metcash turun 6 persen setelah Goldman Sachs memangkas target harga saham dan menyebut perusahaan tersebut berisiko kehilangan pangsa pasar.
Pasar China tetap di bawah puncak tertinggi baru-baru ini, sementara para pedagang menunggu detail lebih lanjut dan terutama tindakan pemerintah untuk mendukung ekonomi yang lesu.
Indeks Hang Seng Hong Kong dan Shanghai Composite masing-masing bergerak naik 0,32 persen dan 0,14 persen.
Wall Street sedikit melemah semalam, dengan Dow Jones Index turun 0,80 persen dan S&P 500 Index melemah 0,18 persen, sementara Nasdaq menguat 0,27 persen.
Ahli strategi di ANZ Jack Chambers menjelaskan, kenaikan tajam harga minyak—yang dapat memicu inflasi—kemungkinan mengguncang pasar obligasi. Faktor lainnya adalah semakin dekatnya pemilu AS yang tinggal dua pekan lagi.
“Pertimbangan tambahan adalah perhatian lebih terhadap pemilu AS dan dinamika fiskal," kata Chambers.
"Siapapun yang menang, tampaknya sulit melihat jalan menuju konsolidasi fiskal."
Harga minyak Brent naik 1,7 persen pada Senin, tanpa tanda-tanda mereda terkait konflik Timur Tengah setelah kematian pemimpin Hamas Yahya Sinwar. Harga minyak stabil di USD73,89 per barel di Asia.
Di pasar valuta asing, pergerakan sebagian besar mengikuti obligasi, yang membuat dolar menguat. Euro diperdagangkan di USD1,0819, mendekati level terendah sejak awal Agustus.
Imbal hasil obligasi 10 tahun AS meningkat 11 basis poin semalam, dan naik lagi 1 basis poin di awal perdagangan Asia, mencapai 4,19 persen.
Harga emas mencapai rekor tertinggi di atas USD2.740 per troy ons pada Senin dan diperdagangkan di USD2.725 per troy ons pada Selasa pagi.
Para analis mengatakan reli dolar baru-baru ini mencerminkan ekspektasi pasar akan kemenangan Donald Trump dalam pemilu AS, serta kebijakan perdagangan, pajak, dan imigrasi yang kemungkinan besar akan meningkatkan inflasi dan imbal hasil.
"Dengan kemenangan Trump yang sekarang diantisipasi oleh pasar valuta, AUD/USD memiliki risiko penurunan yang moderat saat hasil pemilu diumumkan," kata ahli strategi Commonwealth Bank of Australia Joe Capurso.
“Dengan Wakil Presiden Harris yang kini menjadi underdog, reaksi pasar terhadap kemenangannya mungkin lebih besar dibandingkan kemenangan Trump,” ujarnya.
Minimnya data ekonomi menambah fokus pada laporan laba perusahaan di AS untuk memberikan wawasan lebih lanjut tentang kondisi ekonomi dan suasana pasar. (Aldo Fernando)