Tren pembayaran digital menggunakan dompet digital (e-wallet) kini pun bak kebutuhan wajib sehari-hari yang tak bisa ditinggalkan.
Anti Ribet Club, Naik Transportasi Publik Sat-set Pakai AstraPay. (Foto Dhera Arizona/IDXChannel)
IDXChannel – Keberadaan digitalisasi sistem pembayaran kini semakin dibutuhkan dalam segala jenis transaksi. Sebab, kecepatan transaksi menjadi salah satu faktor penting di era serba digital ini.
Tren pembayaran digital menggunakan dompet digital (e-wallet) kini pun bak kebutuhan wajib sehari-hari yang tak bisa ditinggalkan. Berkatnya pula, pengguna dapat bertransaksi tanpa perlu lagi membawa uang tunai. Cukup bermodalkan gadget dan internet, pengguna dapat melakukan transaksi dengan cepat, mudah, dan aman.
Pembayaran digital pun kini bukan lagi sekadar di merchant-merchant, melainkan sudah merambah transportasi publik. Hal ini dirasa penting dan sangat dibutuhkan, terutama bagi mereka yang sehari-harinya memiliki mobilitas tinggi.
AstraPay menjadi salah satu aplikasi dompet digital (e-wallet) atau alat pembayaran berbasis mobile yang bisa menjawab kecepatan sekaligus kemudahan tersebut. Transaksi pembelian dengan cepat dan mudah menggunakan QRIS AstraPay tersedia di aplikasi transportasi publik seperti MyMRTJ dan Tije.
Penggunaannya cocok bagi mereka yang memiliki gaya hidup sat-set dan anti ribet-ribet club. Apalagi, pindai atau scan tiket masuk/keluar MRT Jakarta menggunakan QR Code hasil pembayaran menggunakan QRIS, hanya memakan waktu kurang dari satu detik.
Kemudahan dan kecepatan itu pun diakui oleh Tami (30), seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) yang sehari-hari mobilitasnya menggunakan transportasi publik MRT Jakarta dan Transjakarta.
Menurutnya, pembelian tiket QR Code MRT Jakarta dan Transjakarta menggunakan QRIS AstraPay sangat memudahkan. Sebab, tidak perlu lagi repot-repot mengeluarkan kartu uang elektronik (KUE). Cukup dengan handphone di genggaman, bayar, pindai QR Code di gate in/out, dan masuk menuju peron.
“Saya baru tahu AstraPay itu pas pandemi sekitar 2021. Waktu itu baru diluncurkan, terus saya tergiur sama promo-promo awalnya. Biasalah. Hehehe. Eh malah keterusan pakainya sampai sekarang,” ujarnya saat berbincang dengan IDXChannel di Stasiun Cipete, Jakarta Selatan, dikutip pada Selasa (15/10/2024).
Kartu uang elektronik (KUE) pun kini menjadi semakin jarang dia gunakan saat menaiki MRT Jakarta. Sebab, mengacu pada data MRT Jakarta, kartu fisik memakan waktu tapping in/out sekira 1-3 detik ketimbang QR Code yang hanya 0,7-1 detik.
“Kalau pakai kartu, butuh waktu sedikit lebih lama ya sepengalaman saya ketimbang pakai QR Code. Jadi saya lebih senang beli tiket MRT Jakarta di aplikasi pakai QR Code saja, scan-nya cepat soalnya,” kata dia.
Selain untuk mendukung mobilitasnya pada hari kerja, Tami mengaku juga sering memanfaatkan AstraPay untuk membeli paket data, pulsa, hingga token listrik. Bahkan, tak jarang juga dia menggunakannya untuk bertransaksi QRIS di merchant-merchant UMKM.
“Berhubung QRIS sekarang sudah bisa dipakai di mana saja, jadi saya lebih sering top up saldo AstraPay banyak. Hahaha. Terus saya pasti pakai buat transaksi lainnya, selain transportasi kerja,” ujar Tami.
Tami juga mengaku senang dan betah menggunakan AstraPay karena acap kali memberikan promo dan cashback. Sebab dengan begitu, katanya, akan bisa terus dimanfaatkan dan semakin semangat untuk melakukan transaksi sebanyak-banyaknya.
Seiring dengan banyaknya promo serta cashback yang diberikan, PT Astra Digital Arta (AstraPay) membidik transaksi pengguna MRT Jakarta mengalami kenaikan hingga 80 ribu orang pada akhir 2024.
"Target kami diharapkan bisa di atas 60 ribu sampai 80 ribu pengguna MRT yang menggunakan sistem pembayaran melalui AstraPay," kata Vice President Partnership AstraPay Karnanda Kurniardhi.
Sejauh ini, kata Nanda, tren transaksi sistem pembayaran menggunakan AstraPay mengalami kenaikan sejak bekerja sama dengan MRT Jakarta. Pada awalnya hanya 4.000-5.000 orang, kini mencapai 45-50 ribu orang melakukan transaksi setiap bulannya.
"Naik 12 kali dibandingkan April 2023," kata dia.
Dari sebanyak 130-150 ribu pengguna MRT Jakarta diharapkan mayoritasnya bisa beralih menggunakan AstraPay sebagai dompet digital (e-wallet) utamanya.
Dalam kesempatan berbeda, Chief Executive Officer (CEO) AstraPay Rina Apriana mengatakan, AstraPay memiliki beberapa keunggulan yang membedakannya dengan dompet digital lainnya. Salah satunya adalah integrasi dengan berbagai layanan dari Astra Group.
Pengguna bisa memanfaatkan AstraPay untuk membayar cicilan atau angsuran FIFGROUP, ACC, Maucash, dan TAF langsung melalui aplikasi. Bahkan, di dalamnya juga ada fitur pengingat waktu untuk pembayaran tagihan.
Lebih lanjut Rina menuturkan, walaupun masih berumur empat tahun, AstraPay berhasil menorehkan sejumlah pencapaian positif. Pada semester I-2024, AstraPay telah memiliki 13,8 juta pengguna terdaftar. Ditargetkan bisa mencapai 15 juta pengguna terdaftar pada akhir tahun.
AstraPay juga berhasil mencapai 32 juta kali dalam pencapaian jumlah transaksi serta nilai Transaksi Bruto atau Gross Transaction Value (GTV) senilai Rp19,03 triliun pada periode Januari-Mei 2024.
“AstraPay menargetkan 15 juta pengguna dengan jumlah transaksi yang ditargetkan sebesar 32 juta kali disertai GTV (Gross Transaction Value) yang ditargetkan mencapai Rp52,59 triliun sampai dengan akhir tahun 2024 nanti,” kata Rina.
Dia pun menargetkan nilai transaksi AstraPay bisa mencapai Rp48 triliun hingga akhir 2024. Jumlah ini naik sekitar 12,5 persen dari capaian 2023 senilai Rp42 triliun.
"Kita targetkan Rp4 triliun per bulan sampai akhir tahun (2024). (Target) Pertumbuhannya 30 persen year-on-year," ujarnya.
Rina menerangkan, seiring dengan hal tersebut, perusahaan juga menargetkan penambahan merchant dari kalangan UMKM. Namun, saat ini pihaknya mau fokus menaikkan jumlah transaksi QRIS melalui UMKM.
Saat ini, AstraPay sudah bekerja sama dengan lebih dari 24 ribu UMKM.
Menurutnya, meningkatkan penetrasi transaksi melalui UMKM adalah hal terpenting saat ini. Sebab, hal itu akan percuma jika tidak dimaksimalkan dengan penambahan merchant.
(Dhera Arizona)