Anak Usaha Astra Incar Tambang Mineral-Proyek Geothermal, Siapkan Rp 16,84 T

6 hours ago 4

Jakarta -

Emiten anak usaha PT Astra International Tbk (ASII), PT United Tractor Tbk (UNTR) merambah segmen non-batu bara. Dalam upaya tersebut, perseroan berencana menggelontorkan dana hingga US$ 1 miliar atau sekitar Rp 16,84 triliun (asumsi kurs Rp 16.841).

Direktur UNTR Iwan Hadiantoro menerangkan, segmen non-batu bara itu mencakup nikel, perak, emas, tembaga, hingga bauksit. Ia juga menyebut tengah melakukan studi untuk komoditas lithium dalam upaya memperluas portofolionya.

Sementara untuk sektor energi bersih, Iwan mengatakan perseroan juga akan memperkuat portofolio di sektor hydro, solar photovoltaic (PV), hingga geothermal. Ia mengatakan, perkuatan portofolio itu telah dilakukan sejak beberapa tahun terakhir.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"2 tahun yang lalu kita akuisisi tambang nikel 2, lalu kita akuisisi geothermal proyek renewable energy. Nah sekarang ini ada beberapa proyek terutama di mineral mining yang kita jajaki, tapi namanya belum bisa saya sebut. Tapi kita konsisten sediakan budget kurang lebih US$ 500 juta sampai US$ 1 billion setiap tahun," kata Iwan dalam konferensi persnya di Catur Dharma Hall, Menara Astra, Jumat (25/4/2025).

Ia mengatakan, pihaknya juga kembali membuka kemungkinan melakukan akuisisi. Namun begitu, Ia tak menyebut rinci proyek yang hendak diakuisisi perseroan tahun ini. Iwan menambahkan, perkuatan portofolio dilakukan untuk mengimbangi pendapatan, baik di segmen batu bara dan non-batu bara.

"Sehingga nanti di 2030 kami bisa seimbangkan kontribusi pendapatan batu bara dan non batu bara. Kalau ada akuisisi lagi, kami akan lakukan keterbukaan informasinya," jelasnya.

Ditemui terpisah, Corporate Secretary UNTR Sara K Loebis mengatakan biaya modal atau Capital Expenditure (Capex) untuk akuisisi dialokasikan dari dua sumber pendanaan, yakni cas internal dan pinjaman. Namun begitu, ia tak menyebut pasti rincian nilai yang digelontorkan.

"Jadi kalau yang kapeks kami keluarkan untuk operasional itu memang dari internal cash, namun untuk akuisisi, karena kita juga belum bisa menebak besarnya berapa. Pasti ada dari internal cash, tapi mungkin juga dari pinjaman dari fasilitas pinjaman," ujarnya.

Sementara untuk tahun ini, Sara menjelaskan perseroan mengalokasikan belanja modal sekitar US$ 900 juta hingga US$ 1 miliar untuk operasional sepanjang tahun 2025 atau sekitar Rp 16,82 triliun (asumsi kurs Rp 16,824). Adapun modal belanja perseroan menurun sekitar 9,09% jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar US$ 1,1 miliar.

Sara menjelaskan, alokasi modal sebesar US$ 130 juta dialokasikan untuk membangun smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) yang dimulai sejak tahun 2024 dengan total modal sebesar US$ 160 juta. Sara menambahkan, perseroan akan menggunakan dana belanja modal untuk proyek RKEF dan meningkatkan produksi nikel.

"Investasi atau belanja modal yang kami siapkan adalah untuk yang bisnis yang sudah ada misalnya kita perlu perbaikan infrastruktur itu pasti sudah kita anggarkan," tutupnya.

(hns/hns)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |