Jakarta -
Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) menambah dukungan pendanaan untuk ketahanan pangan dan gizi jangka panjang di Asia dan Pasifik sebesar US$ 26 miliar. Tambahan ini membuat inisiatif ketahanan pangan mencapai US$ 40 miliar atau sekitar Rp 656 triliun (kurs Rp 16.400) selama 2022-2030.
Bantuan ini akan mendanai program komprehensif yang mencakup seluruh proses produksi pangan mulai dari pertanian dan pengolahan hingga distribusi dan konsumsi.
Melalui pembiayaan dan dukungan kebijakan bagi para pemerintah dan perusahaan, program ini bertujuan untuk membantu negara di Asia dan Pasifik menghasilkan makanan yang beragam dan bergizi, menciptakan lapangan kerja, mengurangi dampak lingkungan, dan mempromosikan rantai pasokan pertanian yang tangguh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kekeringan, banjir, panas ekstrem, dan sumber daya alam yang terdegradasi yang belum pernah terjadi sebelumnya mengurangi produksi pertanian, dan pada saat yang sama mengancam ketahanan pangan dan mata pencaharian di perdesaan," ujar Presiden ADB, Masato Kanda dalam Pertemuan Tahunan ke-58 ADB di Milan, dikutip dari keterangan resmi, Minggu (4/5/2025).
Dukungan yang diperluas ini akan membantu negara-negara untuk mengurangi kelaparan, memperbaiki pola makan, dan melindungi lingkungan alam, sekaligus memberikan peluang bagi para petani dan pelaku agribisnis.
"Hal ini akan mendorong perubahan di seluruh rantai nilai makanan, mulai dari bagaimana bahan-bahan makanan ditanam dan diproses, hingga bagaimana makanan tersebut didistribusikan dan dikonsumsi," papar Masato Kanda.
Ambisi baru ini dibangun berdasarkan komitmen ADB pada September 2022 untuk menginvestasikan US$ 14 miliar pada 2025 guna meningkatkan ketahanan pangan dan meringankan krisis pangan di kawasan Asia dan Pasifik.
Pada akhir 2024, ADB telah berkomitmen sebesar US$ 11 miliar sekitar 80% dari alokasi awal dengan tambahan investasi sebesar US$ 3,3 miliar yang diprogramkan untuk tahun 2025.
Pendanaan tambahan sebesar US$ 26 miliar yang baru saja diumumkan terdiri dari US$ 18,5 miliar dalam bentuk dukungan langsung ADB untuk pemerintah dan US$ 7,5 miliar dalam bentuk investasi sektor swasta.
Pada 2030, ADB menargetkan investasi sektor swasta mencapai lebih dari 27% dari total program senilai US$ 40 miliar. Hal ini menggarisbawahi peran penting sektor swasta dalam mendorong transformasi sistem pangan.
Lebih dari separuh orang yang kekurangan gizi di dunia tinggal di negara-negara berkembang di Asia. Hilangnya keanekaragaman hayati dan malnutrisi membebani sistem pangan, yang menyumbang 70% dari penggunaan air global, 50% dari lahan yang dapat dihuni, dan 80% dari hilangnya keanekaragaman hayati. Sistem pangan juga mempekerjakan 40% tenaga kerja di kawasan ini.
Untuk mendukung transformasi sistem pangan, program ini akan memodernisasi rantai nilai pertanian untuk meningkatkan akses terhadap makanan yang terjangkau dan sehat bagi populasi yang rentan.
Program ini juga akan berinvestasi dalam meningkatkan kualitas tanah dan melestarikan keanekaragaman hayati, yakni elemen penting untuk pertanian produktif yang semakin terancam oleh perubahan iklim, polusi, dan hilangnya ekosistem tanah dan air. Program ini juga akan mendukung pengembangan teknologi digital dan analitik untuk meningkatkan pengambilan keputusan bagi para petani, agrobisnis, dan pembuat kebijakan.
(hal/kil)