3 Pengusaha Kesehatan yang Sukses di Indonesia, Semua Perusahaannya Ada di Bursa

1 month ago 21

Para pengusaha ini menjadi pemain besar yang diperhitungan di sektor kesehatan. Semua perusahaan dalam artikel ini telah melantai di Bursa Efek Indonesia.

 Freepik)

3 Pengusaha Kesehatan yang Sukses di Indonesia, Semua Perusahaannya Ada di Bursa. (Foto: Freepik)

IDXChannel—Ada banyak pengusaha kesehatan yang sukses, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di mancanegara. Para pengusaha ini menjadi pemain besar yang diperhitungan di sektor kesehatan. 

Industri kesehatan mencakup kegiatan bisnis yang cukup luas. Mulai dari layanan kesehatan seperti rumah sakit dan klinik, laboratorium, apotek, farmasi, hingga produksi alat-alat kesehatan yang berteknologi tinggi. 

Merangkum beragam sumber, berikut ini adalah kisah singkat pengusaha kesehatan yang sukses di Indonesa. 

3 Pengusaha Kesehatan yang Sukses di Indonesia 

1. Andi Wijaya 

Andi Wijaya adalah salah satu pendiri PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA), emiten kesehatan yang mengoperasikan jaringan laboratorium dan klinik di Indonesia. Boleh dibilang, Prodia adalah jaringan laboratorium terbesar di Indonesia. 

Sebagai latar belakang singkat, Andi Wijaya lahir di Klaten pada 2 Juli 1936. Dia lulus sebagai Sarjana Farmasi di ITB pada 1963, lalu melanjutkan pendidikan hingga meraih gelar Ph.D. di University of Munster, Jerman, pada 1978.
Pendirian Prodia melibatkan empat orang, yakni: Andi Wijaya; Gunawan Prawira; Hamdono Widjojo; Singgih Hidayat. Ide pendirian laboratorium bermula ketika istri Gunawan Prawira membutuhkan donor darah saat dalam persalinan. 

Saat itu belum ada PMI maupun bank darah di Solo. Ketika mendapatkan hasil pemeriksaan, Andi mendapati golongan darahnya cocok dengan istri Gunawan, yakni O. Padahal Andi ingat betul golongan darahnya adalah AB. 

Maka dia menyampaikan temuan itu ke RS yang menawari persalinan istri Gunawan. Dia justru menerima feedback yang akhirnya memotivasinya untuk mendirikan Prodia, yakni diminta untuk memanfaatkan keahliannya untuk mendirikan faskes yang baik di Solo. 

Andi dan keempat temannya itu akhirnya menanggapi saran itu dengan serius. Mereka patungan mengumpulkan modal dan memulai laboratorium Prodia. Saat itu tempat usaha mereka hanya kios kecil di Jalan Pasar Nongko 83, Solo. 

Awalnya tentu saja Prodia serba kekurangan. Alat lab yang dipakai pun berasal dari hibah Universitas Atmajaya, tempat Andi dan Gunawan bekerja. Sementara temannya yang lain membantu membuatkan perkakas. 

Dari kios kecil, Prodia berkembang pesat sebagai jaringan laboratorium dengan pelayanan yang profesional di Indonesia. Perusahaan ini memiliki koneksi erat dengan jaringan akademisi di bidang kesehatan di Indonesia. 

Oleh sebab itu Prodia dapat dengan mudah menjaring tenaga-tenaga kesehatan terbaik untuk lab-lab Prodia. Kini Prodia adalah salah satu emiten kesehatan dengan kapitalisasi pasar yang besar. Hingga 20 November 2024, kapitalisasi pasar PRDA mencapai Rp2,63 triliun.

2. Dato’ Sri Tahir 

Nama Dato’ Sri Tahir barangkali sudah tak asing lagi banyak masyarakat awam. Dia adalah pendiri Mayapada Group, konglomerasi yang memiliki beberapa anak usaha yang bergerak di beragam bidang bisnis. Salah satunya adalah sektor kesehatan. 

Tahir terlahir di keluarga dengan perekonomian pas-pasan. Selepas SMA, Dato’ Sri Tahir sebenarnya bercita-cita menjadi seorang dokter. Namun sayang impian itu kandas ketika ayahnya sakit keras dan tidak mampu lagi membiayai keluarga. 

Tahir akhirnya melanjutkan pendidikannya di sekolah bisnis di Nanyang Technologies University, Singapura, dengan bantuan beasiswa dan melanjutkan bisnis ayahnya. Pada masa kuliahnya ini dia mulai mencari barang untuk dijual di Surabaya. 

Dari sini Tahir mulai terinspirasi untuk memanfaatkan peluang impor untuk membantu biaya pendidikannya. Bisnis pertama yang dilakoni Tahir adalah garmen, yang kemudian merambat ke bidang-bidang lainnya. 

Mayapada Group didirikannya pada 1986. Bisnisnya sudah berkembang ke sektor keuangan (perbankan), dealer mobil, hingga kesehatan. Rumah sakit Mayapada adalah jaringan RS yang didirikannya. 

Siapa sangka, orang yang dulu gagal meraih impiannya untuk menjadi dokter, justru dapat mewujudkan mimpinya dalam skala yang lebih besar, yakni dengan membangun rumah sakit yang dapat bermanfaat bagi banyak orang sekaligus. Anak usaha Mayapada Group yang telah melantai di bursa adalah PT Bank Mayapada Internasional Tbk (MAYA), kapitalisasi pasarnya mencapai Rp5,23 triliun per 20 November 2024. 

3. Dr Boenjamin Setiawan

Mendiang Boenjamin Setiawan, atau yang akrab dipanggil ‘dr. Boen’, adalah pendiri PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), salah satu perusahaan farmasi terbesar di Indonesia. Barangkali, mending dr. Boen adalah dokter paling kaya se-Indonesia.

Boenjamin Setiawan sendiri terlahir di Tegal pada 23 September 1933. Dia menamatkan pendidikan S1 di Fakultas Kedokteran UI pada 1958, Boen lantas melanjutkan pendidikannya ke AS untuk mengambil spesialis hingga doktoral di University of California. 

Selepas pendidikannya usai, Boen pulang ke Indonesia untuk mengajar di FK UI. Bisnis farmasinya bermula lewat PT Farmindo pada 1963, namun sayang perusahaan ini hanya bertahan beberapa tahun saja karena Boen kurang pengalaman dalam pemasaran. 

Mendiang dr. Boen tidak menyerah, dia kembali mencoba mendirikan perusahana farmasi pada 1966 dengan nama Kalbe Farma dengan kelima saudaranya dan seorang rekan. Perusahaan ini diuji ketika krisis moneter pada 1998, namun Kalbe Farma bertahan berkat pinjaman luar negeri. 

Kalbe Farma akhirnya mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia, dan saat ini menjadi salah satu emiten di bidang kesehatan dengan kapitalisasi pasar yang cukup besar, yakni di angka Rp67,26 triliun per 20 November 2024. Kalbe Farma juga merupakan salah satu pemain besar dalam industri farmasi di Indonesia. 

Itulah 3 pengusaha kesehatan yang sukses di Indonesia. 


(Nadya Kurnia)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |