Xi Jinping Akan Ungkap Cara Pemulihan Ekonomi di Tengah Perang Dagang dengan AS

12 hours ago 4

Presiden Xi Jinping bahas pemulihan ekonomi China di tengah perang dagang AS, deflasi, dan krisis properti, dengan fokus stimulus dan AI.

 MNC media)

Presiden Xi Jinping bahas pemulihan ekonomi China di tengah perang dagang AS, deflasi, dan krisis properti, dengan fokus stimulus dan AI. (foto: MNC media)

IDXChannel- Presiden China Xi Jinping akan mengadakan pertemuan politik terbesar 2025 membahas pemulihan ekonomi. China saat ini menghadapi tantangan besar dari tarif dagang yang diterapkan Amerika Serikat (AS).

Dilansir JapanTimes, Senin (3/3/2025), Xi bersama delegasi menargetkan pertumbuhan ekonomi sekitar 5 persen. Untuk mencapai target ini, pemerintah China harus meningkatkan defisit anggaran ke level tertinggi dalam tiga dekade terakhir.

Cara itu dilakukan untuk menopang ekonomi dari ancaman deflasi dan ketidakstabilan sektor properti. Selain itu, perang dagang dengan AS semakin mendesak bagi China untuk memperkuat daya beli domestik.

Pemerintah diperkirakan akan menaikkan target defisit anggaran menjadi sekitar 4 persen dari PDB, lebih tinggi dari 3 persen di 2024. Kenaikan ini setara dengan peningkatan defisit hingga 12 triliun yuan atau setara Rp27.127 triliun.

Stimulus ini mencakup penerbitan obligasi pemerintah khusus senilai 2 triliun yuan dan obligasi pemerintah daerah sebesar 4 triliun yuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi.

Namun, beberapa ekonom khawatir stimulus ini mungkin tidak cukup besar, terutama mengingat besarnya utang pemerintah daerah. Selain itu, perang dagang AS akan menghambar ekspor dan memperburuk ketidakseimbangan ekonomi. 

Untuk itu, China harus menjaga fleksibilitas kebijakan fiskal untuk mengatasi ketidakpastian global.

Dalam pertemuan Xi dan para delegasi juga akan membahas target inflasi tahunan. Dengan ancaman deflasi yang berkepanjangan, target inflasi diperkirakan akan diturunkan menjadi 2 persen, level terendah dalam dua dekade terakhir. 

Langkah ini mencerminkan upaya pemerintah untuk menyesuaikan kebijakan ekonomi dengan realitas harga yang rendah serta mendorong permintaan domestik.

Tak hanya itu, teknologi kecerdasan buatan (AI) menjadi salah satu sektor unggulan yang diharapkan membantu pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Inovasi seperti chatbot AI DeepSeek menunjukkan potensi besar dalam mendorong swasembada teknologi dan manufaktur canggih.

AI diperkirakan akan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi mulai 2026 dengan peningkatan ekspansi tahunan sebesar 0,3 poin persentase pada 2030.

Namun, tantangan terbesar masih terletak pada lemahnya konsumsi rumah tangga akibat krisis sektor properti. Kepercayaan konsumen rendah, sementara prospek pendapatan dan pekerjaan masih belum stabil. 

Untuk itu, China harus menjaga keseimbangan antara stimulus fiskal, ekspansi sektor teknologi, serta stabilitas pasar domestik menjadi kunci bagi China dalam menghadapi tekanan eksternal dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

(Ibnu Hariyanto)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |