dengan proyeksi tren pelemahan tersebut, IHSG bakal berpeluang berkutat pada rentang support di level 6.150 dan resistance di 6.660.
Tekanan Tarif Resiprokal AS Bakal Hentikan Tren Penguatan IHSG Sejak Sebelum Liburan (foto: MNC media)
IDXChannel - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan terakhirnya sebelum periode libur Lebaran dengan menyisakan tren penguatan dari sentimen positif The Fed.
Namun demikian, kebijakan baru Presiden Donald Trump terkait tarif impor secara resiprokal yang diterapkan ke sejumlah negara yang menjadikan Amerika Serikat mengalami defisit perdagangan, diyakini bakal memutus tren positif tersebut.
Hal tersebut disampaikan oleh Pengamat Pasar Modal dari Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi, yang memperkirakan IHSG bakal berada dalam tren pelemahan, saat kembali membuka transaksinya pasca libur, pada Selasa (8/4/2024) mendatang.
Menurut Oktavianus, dengan proyeksi tren pelemahan tersebut, IHSG bakal berpeluang berkutat pada rentang support di level 6.150 dan resistance di 6.660.
"Meski tren jangka pendeknya kemarin sebelum libur bursa menunjukkan penguatan, namun ketidakpastian akibat tarif Trump ini akan membayangi pergerakan pasar dalam waktu dekat," ujar Aktavianus, dalam keterangan resminya, Jumat (4/4/2025) lalu.
Dengan kondisi yang ada saat ini, menurut Oktavianus, kekhawatiran pasar tidak hanya bertumpu pada peluang bakal terjadinya perlambatan ekonomi global, yang menjadikan dolar AS sebagai salah satu safe haven assets yang banyak diburu, sehingga melemahkan nilai tukar rupiah.
Di luar itu, kekhawatiran pasar juga merebak seiring munculnya risiko penurunan surplus dagang Indonesia, yang timbul akibat pelemahan kinerja ekspor di sejumlah sektor industri yang selama ini menjadikan AS sebagai salah satu pasar utamanya.
"Surplus perdagangan Indonesia dengan AS yang pada 2024 lalu mencapai USD16,84 miliar, atau setara dengan 54 persen dari total surplus yang ada, kini berpotensi tergerus akibat kebijakan proteksionis Trump tersebut," ujar Oktavianus.
Di lain pihak, tren pelemahan yang sudah mulai terjadi di sejumlah indeks regional juga berpotensi menimbulkan sentimen negatif, yang berpeluang menjadi tekanan sendiri bagi pelaku pasar.
"Nikkei terkoreksi 3,07 persen, indeks HNX Vietnam anjlok 6,91 persen, bahkan kontrak berjangka US500 juga turun hingga 2,8 persen. Ini tentu jadi tekanan tersendiri," ujar Oktavianus.
Dengan kondisi yang tidak kondusif tersebut, Oktavianus pun menilai bahwa pasar kini sangat menanti langkah dan kebijakan konkret yang bakal diambil oleh Pemerintah Indonesia untuk memitigasi segala dampak negatif yang berpotensi muncul akibat kebijakan resiprokal AS tersebut.
Upaya diversifikasi pasar ekspor, insentif industri lokal, hingga percepatan hilirisasi dinilai menjadi beragam opsi yang bisa dipertimbangkan oleh pemerintah sebagai strategi ke depan, namun juga harus segera diterapkan agar situasi tidak berkembang semakin buruk.
"Perlu ada respons yang segera dilakukan oleh pemerintah, apa pun itu, dengan pendekatan apa pun, yang penting ada action yang bisa jadi harapan kita ke depan. Pasar sedang menantikan itu," ujar Oktavianus.
(taufan sukma)