Sri Mulyani Ungkap Keinginan RI Tambah Impor Energi & Pangan dari AS

14 hours ago 4

Jakarta -

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan upaya pemerintah Indonesia meningkatkan impor sejumlah komoditas strategis dari Amerika Serikat (AS). Komoditas tersebut termasuk minyak, gas alam cair (LNG), serta produk pertanian seperti gandum, kedelai dan jagung.

Sri Mulyani mengatakan hambatan perdagangan dan non-perdagangan saat ini menjadi fokus pemerintah. Secara berkelanjutan Indonesia melakukan evaluasi terhadap berbagai hambatan perdagangan baik tarif maupun non-tarif guna menciptakan iklim perdagangan yang lebih terbuka dan efisien.

"Di sisi tarif, sebagian besar tarif Indonesia sebenarnya sangat rendah, tetapi kami akan selalu mengevaluasi dan melihat apakah ada area yang dapat kami tingkatkan di sisi tarif," kata Sri Mulyani dalam wawancara bersama CNBC dikutip dari keterangan tertulis, Minggu (27/4/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terkait hambatan non-tarif, Sri Mulyani mengakui bahwa Indonesia masih memiliki sejumlah mekanisme yang kerap menjadi perhatian karena dianggap mencegah perdagangan.

"Baik dalam bentuk proses administrasi, misalnya dalam proses bea cukai saat mengimpor barang, atau dalam hal penilaian, prosedur perpajakan, atau karantina untuk produk pertanian," beber Sri Mulyani.

Lebih lanjut, Sri Mulyani menyoroti pentingnya produk pertanian asal AS yang memiliki kontribusi besar terhadap ketahanan pangan Indonesia. Selama ini Indonesia tidak hanya impor dari AS, tetapi juga dari banyak negara lain.

"Produk seperti gandum, kedelai dan jagung merupakan produk pertanian yang juga dikonsumsi di Indonesia secara cukup signifikan. Kita mengimpor tidak hanya dari AS, tetapi juga dari banyak negara lain. Jadi dalam konteks itu kita selalu dapat membahas bagaimana kita dapat mempersempit kesenjangan dan menempatkan AS pada posisi yang lebih baik untuk menyediakan jenis produk pertanian ini," tuturnya.

Dalam sektor energi, meskipun Indonesia merupakan negara penghasil minyak dan gas, kapasitas produksinya masih belum mencukupi kebutuhan dalam negeri. Oleh karena itu pemerintah Indonesia melihat peluang untuk meningkatkan impor energi, khususnya LNG dari AS.

"Jadi ini semua adalah area di mana kita tentu dapat melakukan outsourcing minyak dan gas dari AS, termasuk produk Boeing dan sebagainya. Ada juga beberapa komoditas serta produk manufaktur di mana kita dapat mempersempit, mengurangi, atau bahkan menghilangkan surplus ini," jelas Sri Mulyani.

Seperti diketahui, tambahan impor dari AS dilakukan untuk mengurangi defisit perdagangan AS dengan Indonesia. Hal ini sebagai tawaran untuk menurunkan tarif tinggi bagi barang Indonesia yang masuk ke pasar AS.

(aid/rrd)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |