Penerapan tarif resiprokal 32 persen oleh Amerika Serikat (AS) berpotensi menghajar kinerja ekspor Indonesia di berbagai sektor vital.
Selain Tekstil, Ekspor Lima Industri Ini Bakal Tertekan Tarif Resiprokal AS . Foto: iNews Media Group.
IDXChannel - Penerapan tarif resiprokal 32 persen oleh Amerika Serikat (AS) berpotensi menghajar kinerja ekspor Indonesia di berbagai sektor vital.
Riset terbaru Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia betajuk "Manuver Strategis Indonesia Menghadapi Badai Tarif Resiprokal" memetakan industri-industri yang bakal menghadapi tekanan dari adanya kebijakan tarif ini.
Berikut rangkumannya:
1. Industri Tekstil dan Garmen
Industri tekstil dan garmen berada di garis depan keterpaparan ini, dengan tarif AS untuk produk pakaian Indonesia yang sudah mencapai 11–14,7 persen sebelum tambahan 32 persen.
Dengan 61 persen ekspor pakaian Indonesia bergantung pada pasar AS, industri ini praktis terperangkap dalam dilema ketergantungan yang berbahaya.
Reputasi produk garmen Indonesia yang selama ini dibangun atas dasar keseimbangan kualitas dan harga kompetitif kini terancam terguncang oleh lonjakan tarif yang dapat mengeliminasinya dari persaingan global.
Sektor alas kaki Indonesia menghadapi tantangan yang tidak kalah berat, dengan nilai ekspor ke AS mencapai USD1,9 miliar pada 2023. Tarif dasar 11,4 persen untuk alas kaki kulit dan tekstil, ditambah tarif resiprokal 32 persen, akan menciptakan hambatan komersial yang nyaris mustahil diatasi.
Industri yang telah membangun rantai nilai kokoh dari komponen dasar hingga produk jadi ini kini menghadapi risiko kehancuran pasar.
Sebagai industri padat karya, guncangan pada sektor alas kaki akan langsung menimbulkan gelombang pengangguran yang mengkhawatirkan.
3. Industri Furnitur
Industri furnitur Indonesia, dengan 57 persen ekspornya bergantung pada AS, tidak luput dari ancaman ini.
Sektor yang secara eksplisit masuk dalam daftar pengenaan tarif ini terkenal dengan keunggulan desain dan bahan alami, namun kenaikan harga drastis akibat tarif berpotensi menghapus keunggulan kompetitifnya di pasar Amerika.
4. Industri Karet
Eksportir karet Indonesia juga berada dalam zona bahaya, dengan 49,7 persen ekspor ban karet dan 23,2 persen ekspor karet alam ditujukan ke AS.
Setelah berinvestasi besar dalam pengembangan kapasitas dan peningkatan kualitas, industri ini kini terancam kehilangan posisi kompetitifnya akibat lonjakan harga yang dipicu oleh tarif tambahan.