Harga saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) melonjak pada perdagangan Selasa (5/11/2024).
Harga saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) melonjak pada perdagangan Selasa (5/11/2024). (Foto: MNC Media)
IDXChannel - Harga saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) melonjak pada perdagangan Selasa (5/11/2024). Pelaku pasar merespons positif atas rencana emiten batu bara itu membagikan dividen jumbo.
Hingga penutupan IHSG sesi I, harga saham ADRO naik Rp180 atau 4,58 persen menjadi Rp4.120. Harga sahamnya bahkan sempat melonjak mendekati 10 persen ke Rp4.300 pada sesi intraday.
Kenaikan harga saham ADRO tersebut tidak terlepas dari rencana perseroan yang akan membagikan dividen tunai final atau dividen spesial hingga USD2,6 miliar, sekitar Rp41 triliun kepada pemegang saham Adaro. Dengan dividen tersebut, indikasi imbal hasil (dividend yield) mencapai setidaknya 30 persen.
"Akan dibagikan sebagai tambahan dividen final dalam jumlah sebesar-besarnya sampai dengan USD2,6 miliar," kata Corporate Secretary Adaro Energy, Mahardika Putranto lewat suratnya kepada BEI, Selasa.
Rencana tersebut akan diusulkan manajemen dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar pada tanggal 18 November 2024.
Adaro akan membagikan dividen spesial dari saldo laba perseroan per 31 Desember 2023 yang tercatat USD5,9 miliar. Sementara itu, posisi kas dan setara kas mencapai USD3,2 miliar.
Dividen ini diberikan sebagai dampak dari pemisahan (spin off) PT Adaro Andalan Indonesia (AAI) dari Adaro Energy. Mahardika mengatakan, pemberian dividen ini supaya pemegang saham ADRO tertarik untuk berpartisipasi dalam IPO AAI.
Presiden Direktur ADRO, Garibaldi Thohir alias Boy Thohir sebelumnya mengatakan, keputusan manajemen memisahkan AAI dari Adaro untuk kebaikan bersama bagi kedua perusahaan.
"Karena (spin off) dapat memungkinkan masing-masing perusahaan untuk berfokus pada pengembangan kekuatan inti serta terus memanfaatkan sumber daya dan potensinya," kata Boy.
Menurut kakak Erick Thohir itu, upaya spin off ini juga sejalan dengan rencana Adaro mendukung pemerintah menurunkan emisi gas rumah kaca menuju net zero emission pada 2060. Sementara itu, Adaro juga mempunyai rencana meningkatkan porsi pendapatan dari bisnis non batu bara termal sekitar 50 persen pada 2030.
"Ini akan dicapai dengan meningkatkan bisnis di bidang-bidang yang mendukung ekosistem hijau di Indonesia," ujar Boy.
Dengan pemisahan ini, ADRO nantinya menggarap bisnis-bisnis hijau sehingga bisa mendapatkan pendanaan dari pihak ketiga. Sementara AAI akan tetap fokus menggarap bisnis batu bara non termal.
Sementara itu, Samuel Sekuritas menilai, harga saham ADRO sudah melesat cukup tinggi sejak awal 2024. Berdasarkan data RTI, harga saham ADRO year-to-date (YTD) naik lebih dari 70 persen.
"Kenaikan harga saham YTD dengan kombinasi dividen jumbo USD2,4-USD2,6 miliar mungkin bisa memicu risiko aksi jual," katanya.
Sementara itu, kinerja ADRO hingga kuartal III-2024 cukup moncer dengan laba bersih mencapai USD1,22 miliar, naik tipis secara tahunan.
"Dengan beroperasinya smelter aluminium dengan target CoD (Commissioning Operation Date) pada kuartal IV-2025 dapat mendongkrak laba bersih di masa depan sekaligusn mengamankan pendanaan hijau. Peningkatan laba bersih ini mungkin akan terus mendorong kenaikan harga saham lebih lanjut," tulis Tim Riset Samuel Sekuritas.
(Rahmat Fiansyah)