Saham Adaro Andalan (AADI) Rebound 3 Persen usai Jatuh 5 Hari Beruntun

4 weeks ago 16

Saham PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) akhirnya rebound pada Selasa (24/12/2024), berusaha mengakhiri tren penurunan sejak pekan lalu.

 Adaro)

Saham Adaro Andalan (AADI) Rebound 3 Persen usai Jatuh 5 Hari Beruntun. (Foto: Adaro)

IDXChannel – Saham PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) akhirnya rebound pada Selasa (24/12/2024), berusaha mengakhiri tren penurunan sejak pekan lalu.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.36 WIB, saham AADI menguat 2,96 persen ke Rp7.825 per saham. Nilai transaksi tercatat mencapai Rp222,28 miliar dan volume perdagangan 29,65 juta saham.

Sebelumnya, AADI memerah selama 5 hari tanpa henti. Dalam sepekan, saham AADI terkoreksi 12,32 persen.

Saham AADI sempat menyentuh level tertinggi intraday di Rp11.375 per saham pada perdagangan 10 Desember 2024. Namun, sejak saat itu, pergerakan saham cenderung melemah.

Pada awal debutnya di bursa, saham AADI sempat melonjak tajam dan mencetak auto rejection atas (ARA) sebesar 20 persen selama tiga hari berturut-turut, yakni pada 5, 6, dan 9 Desember 2024.

“Kami bangga dengan masuknya AADI ke dalam ekosistem pasar modal, hal ini memacu perusahaan untuk tetap menjunjung tinggi profesionalisme, transparansi, akuntabilitas dan berkomitmen untuk menjalankan bisnis secara berkelanjutan,” kata Direktur Utama AADI, Julius Aslan di Gedung Bursa Efek Indonesia pada Kamis (5/12/2024) lalu.

AADI menjadi emiten ke-40 yang tercatat di tahun ini dan sangat diantisipasi oleh investor seiring proses pemisahan bisnis (spin-off) oleh PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (sebelumnya PT Adaro Energy Indonesia Tbk) alias ADRO.

Sebelumnya, AADI telah menyelesaikan proses initial public offering (IPO) pada 29 November hingga 3 Desember 2024 dengan harga Rp5.550 per saham.

Dalam IPO ini, perusahaan melepas 778,68 juta saham atau 10 persen dari total modal yang disetor, sehingga berpotensi meraih dana hingga Rp4,32 triliun.

Dana hasil IPO akan digunakan untuk tiga tujuan utama.

Pertama, sekitar 40 persen akan dialokasikan sebagai pinjaman kepada anak usaha, PT Maritim Barito Perkasa (MBP), untuk investasi dan kebutuhan korporasi.

Kedua, 15 persen akan digunakan untuk melunasi sebagian pinjaman kepada PT Adaro Indonesia (AI) berdasarkan perjanjian pinjaman pada 3 Mei 2024.

Sisanya akan digunakan untuk melunasi sebagian pinjaman pokok kepada ADRO berdasarkan perjanjian pinjaman pada 24 Juni 2024.

Prospek Cerah?

Saham Adaro Andalan Indonesia (AADI) mencuri perhatian sebagai IPO terbesar di IHSG tahun ini.

Selain peluang trading jangka pendek, menurut riset Stockbit Sekuritas pada 5 Desember 2024, AADI dinilai menarik untuk investasi jangka panjang berkat potensi imbal hasil dividen alias dividend yield yang mencapai sekitar 17 persen dari harga IPO.

Valuasi IPO AADI yang rendah, yakni 2,9 kali berdasarkan rasio price-to earnings (P/E) untuk tahun fiskal 2025 (FY25F), membuka peluang re-rating hingga 5x P/E atau Rp9.650 per saham (74 persen dari harga IPO).

Bahkan, kata analis Stockbit, jika mendekati rata-rata valuasi historis induknya, PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO), harga saham AADI bisa mencapai Rp13.525 per saham (+144 persen dari harga IPO).

Dengan asumsi dividend payout ratio (DPR) 50 persen, dividen AADI tahun 2025 diperkirakan mencapai Rp966 per saham.

Angka ini lebih tinggi dibandingkan pemain besar lainnya, seperti PTBA dan ITMG, didukung stabilitas harga batu bara yang diproyeksikan bertahan di kisaran USD130 per ton pada 2025.

Sementara, menurut riset Sucor Sekuritas, terbit pada 2 Desember 2024, AADI memiliki prospek cerah sebagai salah satu pemain utama di sektor batu bara.

Cadangan 917 juta ton dan sumber daya 4,1 miliar ton memastikan kapasitas produksi hingga 80 tahun ke depan. Dengan margin industri tertinggi dan posisi kas mencapai USD1 miliar, AADI memiliki fleksibilitas untuk ekspansi.

AADI juga berpeluang masuk dalam MSCI Indonesia Index, didukung valuasi pasar yang dapat mencapai USD3 miliar dan free float 50 persen. Diversifikasi aset melalui tambang Kestrel di Australia dan PLTU berkapasitas 1.060 MW menambah pendapatan hingga USD115 juta per tahun mulai 2026.

Sucor memproyeksikan laba AADI pada 2025 mencapai USD888 juta, dengan valuasi premium Rp30.100 per saham, memiliki potensi naik (upside) 442 persen dari harga IPO Rp5.550. Tiga katalis utama adalah ketegangan geopolitik, potensi masuk MSCI, dan regulasi pendukung sektor energi.

Dengan PE hanya 2,3 kali proyeksi 2024, AADI dinilai undervalued dan berpotensi mengalami re-rating signifikan, didorong momentum positif di pasar batu bara. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |