Yoshisuke Aikawa pernah bekerja sebagai mekanik sebelum akhirnya menjadi pemimpin perusahaan cikal bakal Nissan.
Kisah Pendiri Nissan Yoshisuke Aikawa, Anak Bangsawan yang Lebih Suka Jadi Mekanik. (Foto: Nissan Global)
IDXChannel—Kisah pendiri Nissan yang bekerja menjadi mekanik di sebuah bengkel adalah cerita inspiratif yang menarik. Pasalnya, Yoshisuke Aikawa—sang pendiri—berasal dari keluarga bangsawan yang terpandang pada masanya.
Melansir Nissan Global (24/12), Aikawa adalah seorang berdarah biru. Ayahnya adalah kepala keluarga ke-10, sekaligus seorang tuan besar yang melayani klan Chosu. Sementara ibunya bersepupu dengan Kaoru Inoue, sosok penting yang membantu menggulingkan keshogunan Edo, dan kelak menjadi figur penting dalam pemerintahan Meiji.
Aikawa bisa saja mengikuti jejak ayahnya, dia juga punya keistimewaan yang besar pada masanya untuk menjadi seorang pebisnis dan politikus. Silsilah keluarganya mentereng dan koneksi orang-orang penting yang sangat mungkin melancarkan bisnis dan strateginya.
Namun Aikawa muda justru tidak berminat melanjutkan jejak keluarganya. Alasannya sepele, suatu kali dia dibuat jijik usai melihat para pengusaha mendatangi Kaoru Inoue dan berupaya menyuapnya dengan beragam gratifikasi.
Kaoru Inoue yang mengenal Aikawa dari keluarganya, memanggil Aikawa muda dan menyarankannya untuk menjadi seorang ‘engineer’ atau mekanik. Aikawa menyetujui saran itu tanpa syarat dan keraguan sedikit pun.
Selepas kelulusannya di Yamaguchi High School, Aikawa melanjutkan pendidikan ke Machinery Section of the Engineering Department of Tokyo Imperial University pada 1903. Sebagai tambahan informasi, kampus Aikawa itu kini berganti nama dengan Tokyo University.
Dengan silsilah keluarga yang mentereng dan koneksi yang sangat mungkin memuluskan jalannya jika dia berbisnis, Aikawa sebenarnya sangat bisa memanfaatkan privilege-nya. Alih-alih memanfaatkannya, dia malah bekerja paruh waktu sebagai mekanik.
Aikawa menerima bayaran 45 pennies selama satu hari kerja di Shibaura Seisakusho (sekarang Toshiba), dia bahkan secara sengaja menyembunyikan identitasnya. Tidak seorang pun tahu dari keluarga mana dia berasal.
Bahkan dia juga menyembunyikan latar belakang pendidikannya. Aikawa benar-benar menikmati pekerjaannya di industri manufaktur sebagai mekanik, sebab pekerjaannya membuatnya merasa hidup.
Aikawa juga pergi ke Amerika Serikat, lagi-lagi untuk bekerja sebagai mekanik pada pabrik besi tuang putih (Gould Coupler Co.) selama satu tahun untuk mempelajari teknologi dan ilmu teknik.
Pada masanya, proses pencetakan logam di Jepang masih stagnan tanpa banyak perkembangan signifikan. Sulit dilakukan, namun mudah rusak. Oleh sebab itu Aikawa rela menyeberangi samudra untuk memperdalam ilmunya.
Aikawa mendapatnya banyak ilmu yang sebenarnya dapat dijadikannya bekal untuk mendirikan bisnisnya sendiri. Namun lagi-lagi, kepulangannya ke Jepang tidak bertahan lama. Dia kembali ke Jepang pada 1906, tapi kembali ke AS dua tahun kemudian.
Saat itu Aikawa mulai mengenal industri otomobil, yang notabene adalah wilayah asing baginya. Meskipun secara pribadi dia menilai industri otomobil berpotensi besar, perjalanan Aikawa mendirikan Nissan masih jauh.
Mulanya, Aikawa mendirikan Tobata Imono, sebuah workshop pencetakan logam di Fukuoka pada 1910 dengan dukungan Kaoru Inoue. Workshop ini kelak menjadi cikal bakal Hitachi Metals.
Tobata Imono mulai memproduksi logam cetak menggunakan teknologi terkini, pertama di Jepang. Workshop itu berkembang, demikian juga usaha rintisan Aikawa. Dia mendirikan dan mengakuisisi perusahaan-perusahaan lain.
Kisah Sukses Pendiri Nissan, Akhirnya Jadi Pebisnis Karena Terpaksa
Pada 1928, Aikawa menerima proyek besar yang sebetulnya tak diinginkannya, dia diminta untuk memimpin proyek restrukturasi sebuah perusahaan energi (Kuhara Kogyo) yang sebelumnya dipimpin oleh kakak iparnya. Awalnya dia menolak tegas, tapi pada akhirnya diterimanya
Dari situlah Yoshisuke Aikawa menjadi presiden Kuhara Mining Company, kemudian mengubah namanya menjadi Nihon Sangyo (Nihon = Jepang, Sangyo = industri). Pemberian nama perusahaan ini terbilang tak lazim.
Pada masanya, para pengusaha biasanya menamai bisnisnya dengan nama keluarga pemilik atau keluarga pengelola. Namun Aikawa justru sengaja menghindari penggunaan nama keluarga bangsawannya.
Dia meyakini bahwa perusahaan adalah milik pemegang sahamnya di seluruh Jepang, dan mestinya perusahaan tersebut harus berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat Jepang. Pada saat inilah, ‘Nissan’ terbentuk dari singkatan ‘Nihon + Sangyo.’
Aikawa juga membuat Nihon Sangyo untuk melantai di bursa efek setempat, lalu mulai mengembangkan konglomerasi Nissan. Dia membawa Nihon Kogyo, Hitacho, Nissan Chemicals, dan Nissan Life Insurance di bawah bendera Nihon Sangyo.
Cara Aikawa mengelola bisnis juga tidak konservatif dan feodal seperti perusahaan-perusahaan besar lain di Jepang. Biasanya perusahaan di Jepang dikuasai dan dikontrol oleh keluarga pemilik.
Sementara Aikawa membawa sistem manajemen yang lebih modern, sudah tercatat di bursa, dan memberikan keuntungan bagi pemilik sahamnya. Aikawa juga menempatkan pegawai dengan pendidikan mekanik di posisi-posisi penting. Pada masanya, ini pun langkah yang terlalu maju bagi ukuran industri setempat.
Sebelumnya, brand Nissan ramai dikabarkan bakal merger dengan Honda dan Mitsubishi untuk menghadapi persaingan pasar yang semakin ketat.
Itulah kisah pendiri Nissan yang menarik.
(Nadya Kurnia)